tag:blogger.com,1999:blog-59502095302004778192024-03-14T01:24:44.899-07:00iPSMuhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.comBlogger12125tag:blogger.com,1999:blog-5950209530200477819.post-49376892002358293342014-05-22T04:24:00.000-07:002014-05-22T04:24:10.556-07:00Wage Rudolf Soepratman<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-XQCFz2lO29s/U33eMYMg8WI/AAAAAAAAAJg/y6QgEYqt8ew/s1600/wr+supratman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-XQCFz2lO29s/U33eMYMg8WI/AAAAAAAAAJg/y6QgEYqt8ew/s1600/wr+supratman.jpg" height="320" width="302" /></a></div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Wage Rudolf Soepratman adalah pengarang lagu kebangsaan Indonesia Raya yang telah dikukuhkan sebagai pahlawan nasional Indonesia. WR Soepratman merupakan salah satu putra dari seorang sersan di Batalyon VIII bernama Senen. WR Soepratman lahir di Jatinegara, Jakarta pada tanggal 9 Maret 1903. Dia menamatkan sekolah dasarnya di Jakarta. Pada tahun 1914, WR Soepratman ikut kakak perempuannya yang bernama Roekijem pindah ke Makassar.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Di sana dia disekolahkan dan dibiayai oleh suami Roekijem yang bernama Willem van Eldik. Soepratman lalu belajar bahasa Belanda di sekolah malam selama tiga tahun, kemudian melanjutkannya ke Normaalschool di Makassar sampai selesai. Ketika berumur 20 tahun, lalu dijadikan guru di Sekolah Angka 2.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
<br />Setelah tidak lagi menjadi seorang guru, WR Soepratman kemudian bekerja di sebuah perusahaan dagang. Setelah beberapa waktu lamanya WR Soepratman memutuskan untuk pindah ke Bandung dan bekerja sebagai wartawan di harian Kaoem Moeda dan Kaoem Kita. Pekerjaan itu sendiri tetap dilakukannya meskipun akhirnya dia tinggal di Jakarta. Di Jakarta inilah, WR Soepratman mulai tertarik dengan organisasi pergerakan nasional yang akhirnya membuat dirinya banyak bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Rasa tidak senangnya terhadap penjajahan Belanda mulai tumbuh dan akhirnya dituangkan dalam buku Perawan Desa. Buku itu disita dan dilarang beredar oleh pemerintah Belanda. Rasa cintanya terhadap Indonesia semakin hari semakin besar sehingga membuatnya ingin menyumbangkan sesuatu bagi perjuangan bangsanya. Tetapi, ia tidak tahu bagaimana caranya, karena ia hanya seorang wartawan dan pemain musik hingga suatu hari, secara kebetulan WR Soepratman membaca artikel berjudul Manakah Komponis Indonesia yang Bisa Menciptakan Lagu Kebangsaan Indonesia yang Dapat Membangkitkan Semangat Rakyat dalam majalah Timboel terbitan Solo. Membaca artikel ini, hati Soepratman tergerak. Dan merasa tulisan itu seolah ditujukan kepada dirinya.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Tidak ada catatan yang pasti kapan Soepratman menulis lagu kebangsaan. Ada pendapat yang menyatakan ia menciptakannya tahun 1926. Pada Kongres Pemuda Pertama (1926), Soepratman yang hadir ingin menawarkan kepada ketua kongres agar ia diberi kesempatan memperdengarkan lagu itu di hadapan para peserta namun karena keberaniannya belum cukup WR Soepratman akhirnya membatalkan niatnya. Baru pada Kongres Pemuda Kedua, tanggal 28 Oktober 1928, pada malam penutupan, WR Soepratman dengan gesekan biolanya mengiringi sebarisan paduan suara membawakan lagu Indonesia Raya.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Dua bulan setelah lagu ini diperkenalkan, ode tersebut menjadi sangat populer. Lagu ini kemudian banyak dinyanyikan dalam acara-acara penting. WR Soepratman kemudian memiliki ide untuk mengabadikan lagu perjuangan itu ke dalam piringan hitam. Untuk merealisasikan idenya, WR Soepratman lantas menghubungi Yo Kim Tjan yang akhirnya membantunya merekam, memperbanyak dan menjual piringan hitam berisi lagu Indonesia Raya untuk pertama kalinya. Dalam piringan tersebut, WR Soepratman memainkan biola sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan dua irama, mars dan keroncong.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Maraknya peredaran lagu Indonesia Raya ini, membuat WR Soepratman sering diinterogasi PID (intel Belanda) yang sempat berujung pada pelarangan peredaran lagu tersebut. Protes atas pelarangan lagu itu pun berdatangan dari berbagai pihak yang menyebabkan Volkraad turun tangan dimana akhirnya kata ”merdeka-merdeka” hanya boleh digunakan ketika lagu dinyanyikan di ruang tertutup. Hingga akhir hayatnya, WR Soepratman masih menjadi incaran polisi hindia Belanda karena telah menciptakan lagu Indonesia Raya sampai akhirnya dia jatuh sakit di Surabaya. Karena lagu ciptaannya yang terakhir Matahari Terbit pada awal Agustus 1938, WR Soepratman ditangkap ketika menyiarkan lagu tersebut bersama pandu-pandu di NIROM Jalan Embong Malang, Surabaya. WR Soepratman kemudian ditahan di penjara Kalisosok, Surabaya. WR Soepratman meninggal pada tanggal 17 Agustus 1938 karena sakit. W.R. Soepratman hingga meninggal belum pernah menikah dan mengangkat seorang anak pun.</div>
Muhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5950209530200477819.post-10420723506854130812014-05-22T04:13:00.001-07:002014-05-22T04:13:25.396-07:00Teka Teki Albert Einstein<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br /></span>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-ls8P6lWgVjg/U33ba8u8VLI/AAAAAAAAAJU/iIy3dXPi-DQ/s1600/Albert-Einstein-genius.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-ls8P6lWgVjg/U33ba8u8VLI/AAAAAAAAAJU/iIy3dXPi-DQ/s1600/Albert-Einstein-genius.jpg" height="200" width="320" /></a></div>
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br /></span>
<span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Teka-teki ini tidak mengandung trik, hanya murni logika. Ada 5 buah rumah yang masing-masing memiliki warna berbeda. Setiap rumah dihuni satu orang pria dengan kebangsaaan yang berbeda-beda.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Setiap penghuni rumah menyukai jenis minuman tertentu, merokok satu merk rokok tertentu dan memelihara satu jenis hewan tertentu.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Tak satupun dari kelima orang itu yang minum minuman yang sama, merokok satu merk rokok yang sama, dan memelihara hewan yang sama seperti penghuni yang lain.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">PERTANYAAN: Siapakah yang memelihara IKAN?</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">PETUNJUK:</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">1. Orang Inggris tinggal di dalam rumah berwarna merah.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">2. Orang Swedia memelihara anjing.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">3. Orang Denmark senang minum teh.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">4. Rumah berwarna hijau terletak tepat disebelah kiri rumah berwarna putih.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">5. Penghuni rumah berwarna hijau senang minum kopi.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">6.Orang yang merokok PallMall memelihara burung.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">7. Penghuni rumah yang terletak di tengah-tengah senang minum susu.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">8. Penghuni rumah berwarna kuning merokok Dunhill.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">9. Orang Norwegia tinggal dirumah paling pertama.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">10. Orang yang merokok Marlboro tinggal disebelah orang yang memelihara kucing.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">11. Orang yang memelihara kuda tinggal disebelah orang yang merokok Dunhill.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">12. Orang yang merokok Winfield senang minum bir.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">13. Disebelah rumah berwarna biru tinggal orang Norwegia.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">14. Orang Jerman merokok Rothmans.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">15. Orang yang merokok Marlboro bertetangga dengan orang yang minum air.</span><br style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" /></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Geneva, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; text-align: justify;"></span><span style="background-color: white; color: #555555; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18.031999588012695px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">Albert Einstein menyusun teka-teki ini pada abad lalu. Dia menyatakan, 98% penduduk dunia tidak mampu memecahkan teka-teki ini.</span>Muhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5950209530200477819.post-672451819357358252014-05-22T03:44:00.001-07:002014-05-22T03:44:53.437-07:00Sultan Agung Hanyokrokusumo<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-X0b_elDX0ok/U33VA5svMhI/AAAAAAAAAJE/uTtHnSnflc8/s1600/220px-Sultan_Agung.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-X0b_elDX0ok/U33VA5svMhI/AAAAAAAAAJE/uTtHnSnflc8/s1600/220px-Sultan_Agung.jpg" /></a></div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
<br /></div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Sultan Agung Hanyokrokusumo (1593 - 1645) adalah raja Kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Di bawah kepemimpinannya, Mataram berkembang menjadi kerajaan terbesar di Jawa dan Nusantara pada saat itu. Atas jasa-jasanya sebagai pejuang dan budayawan, Sultan Agung telah ditetapkan menjadi pahlawan nasional Indonesia.<br /><br />Nama aslinya adalah Raden Mas Jatmika, atau terkenal pula dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Sultan Agung merupakan putra dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Dyah Banowati.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Ayahnya adalah raja kedua Mataram, sedangkan ibunya adalah putri Pangeran Benawa raja Pajang. Pada awal pemerintahannya, Mas Rangsang bergelar Panembahan Agung. Kemudian setelah menaklukkan Madura tahun 1624, dia mengganti gelarnya menjadi Susuhunan Agung atau disingkat Sunan Agung.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Pada 1641 Sunan Agung mendapatkan gelar bernuansa Arab. Gelar tersebut adalah Sultan Abdullah Muhammad Maulana Mataram, yang diperolehnya dari pemimpin Ka'bah di Makkah. Sultan Agung naik takhta pada tahun 1613 dalam usia 20 tahun.<br /><br />Pada tahun 1614 VOC (yang saat itu masih bermarkas di Ambon) mengirim duta untuk mengajak Sultan Agung bekerja sama namun ditolak mentah-mentah.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Pada tahun 1618 Mataram dilanda gagal panen akibat perang yang berlarut-larut melawan Surabaya. Meskipun demikian, Sultan Agung tetap menolak bekerja sama dengan VOC.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Menyadari kekuatan bangsa Belanda tersebut, Sultan Agung mulai berpikir untuk memanfaatkan VOC dalam persaingan menghadapi Surabaya dan Banten. Maka pada tahun 1621 Mataram mulai menjalin hubungan dengan VOC.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Kedua pihak saling mengirim duta besar. Akan tetapi, VOC ternyata menolak membantu saat Mataram menyerang Surabaya. Sultan Agung pantang menyerah menghadapi penjajah yang sangat kuat.<br /><br />Dia mencoba menjalin hubungan dengan Portugis untuk bersama-sama menghancurkan VOC-Belanda. Namun hubungan kemudian diputus tahun 1635 karena menyadari posisi Portugis saat itu sudah lemah.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Seluruh Pulau Jawa akhirnya berada dalam kekuasaan Kesultanan Mataram, kecuali Batavia yang masih diduduki militer VOC-Belanda. Sedangkan desa Banten telah berasimilasi melalui peleburan kebudayaan.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Wilayah luar Jawa yang berhasil ditundukkan adalah Palembang di Sumatra tahun 1636 dan Sukadana di Kalimantan tahun 1622. Sultan Agung juga menjalin hubungan diplomatik dengan Makassar, negeri terkuat di Sulawesi saat itu.<br /><br />Sultan Agung berhasil menjadikan Mataram sebagai kerajaan besar tidak hanya dibangun di atas pertumpahan darah dan kekerasan, namun melalui kebudayaan rakyat yang adiluhung dan mengenalkan sistem-sistem pertanian.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Negeri-negeri pelabuhan dan perdagangan seperti Surabaya dan Tuban dimatikan, sehingga kehidupan rakyat hanya bergantung pada sektor pertanian. Sultan Agung juga menaruh perhatian pada kebudayaan.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Dia memadukan Kalender Hijriyah yang dipakai di pesisir utara dengan Kalender Saka yang masih dipakai di pedalaman. Hasilnya adalah terciptanya Kalender Jawa Islam sebagai upaya pemersatuan rakyat Mataram. Selain itu Sultan Agung juga dikenal sebagai penulis naskah berbau mistis, berjudul Sastra Gending.<br /><br />Di lingkungan keraton Mataram, Sultan Agung menetapkan pemakaian bahasa Bagongan yang harus dipakai oleh para bangsawan dan pejabat demi untuk menghilangkan kesenjangan satu sama lain.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Dengan demikian diharapkan dapat terciptanya rasa persatuan di antara penghuni istana. Menjelang tahun 1645 Sultan Agung merasa ajalnya sudah dekat.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Dia membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja Kesultanan Mataram mulai dari dirinya. Sultan juga menuliskan serat Sastra Gending sebagai tuntunan hidup trah Mataram.</div>
<div style="background-attachment: scroll; background-color: white; background-image: none; background-position: 0px 0px; background-repeat: repeat repeat; border: 0px none; color: #333333; font-family: arial; font-size: 12px; margin-bottom: 10px; outline: none 0px; padding: 0px;">
Sesuai dengan wasiatnya, Sultan Agung yang meninggal dunia tahun 1645 digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram.</div>
Muhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5950209530200477819.post-22822142698893369812013-05-31T22:42:00.001-07:002013-05-31T22:42:59.530-07:00Lirik Lagu Indonesia Raya Versi Lama<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">
<span style="font-size: small;">Lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya versi asli yang ditemukan di perpustakaan Leiden Belanda (???)
</span>
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
ANTARA News mencatat temuan lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya versi
asli dengan tiga stanza (bait) ditulis dan dilagukan pertamakali WR
Supratman pada tahun 1928, namun lagu monumental itu dinyanyikan secara
serentak bersamaan dengan deklarasi Kemerdekaan RI oleh Soekarno-Hatta
dengan satu stanza.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Selama ini, yang kita ketahui hanya Indonesia Raya dalam satu stanza,
nah ini yang tiga stanza yang terekam dalam lagu dan gambaran suasana
Indonesia dalam film seluloid asli yang dibuat pada bulan September 1944
(tahun Jepang 2604) dan tersimpan di Belanda, ucap pakar telematika,
Roy Suryo, di Jogjakarta (38).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Rekaman video seluloid lagu Indonesia Raya versi asli itu berdurasi 3
menit 49 detik yang diproduksi Chuuoo Sangi-In atau semacam lembaga DPR
pada September 1944. Roy mendapat informasi itu dari Urip Darmawan yang
merupakan keponakan WR Supratman.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Lirik lagu kebangsaan Indonesia Raya versi asli dengan tiga stanza adalah</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Stanza 1</b></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Tanah Airkoe Tanah Toempah Darahkoe</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Di sanalah Akoe Berdiri Djadi Pandoe Iboekoe</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Kebangsaankoe Bangsa Dan Tanah Airkoe</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Marilah Kita Berseroe Indonesia Bersatoe</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Hidoeplah Tanahkoe Hidoeplah Negrikoe</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Bangsakoe Ra'jatkoe Sem'wanja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Bangoenlah Djiwanja Bangoenlah Badannja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Oentoek Indonesia Raja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
(Reff Diulang 2 kali, red)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Stanza 2</b></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Tanah Jang Moelia Tanah Kita Jang Kaja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Di sanalah Akoe Berdiri Oentoek Slama-Lamanja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Tanah Poesaka P'saka Kita Semoenja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Marilah Kita Mendo'a Indonesia Bahagia</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Soeboerlah Tanahnja Soeboerlah Djiwanja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Bangsanja Ra'jatnja Sem'wanja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Sadarlah Hatinja Sadarlah Boedinja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Oentoek Indonesia Raja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
(Reff Diulang 2 kali, red)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Stanza 3</b></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Tanah Jang Seotji Tanah Kita Jang Sakti</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Di sanalah Akoe Berdiri 'Njaga Iboe Sedjati</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Tanah Berseri Tanah Jang Akoe Sajangi</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Marilah Kita Berdjandji Indonesia Abadi</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
S'lamatlah Ra'jatnja S'lamatlah Poetranja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Poelaoenja Laoetnja Sem'wanja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Madjoelah Negrinja Madjoelah Pandoenja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Oentoek Indonesia Raja</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
(Reff Diulang 2 kali, red)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Naskah pada koran Sin Po (1928)</b></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh WR Supratman dan dikumandangkan
pertama kali di muka umum pada Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 di Jakarta
(pada usia 25 tahun), dan disebarluaskan oleh koran Sin Po pada edisi
bulan November 1928. Naskah tersebut ditulis oleh WR Supratman dengan
Tangga Nada C (natural) dan dengan catatan Djangan Terlaloe Tjepat,
sedangkan pada sumber lain telah ditulis oleh WR Supratman pada Tangga
Nada G (sesuai kemampuan umum orang menyanyi pada rentang a - e) dan
dengan irama Marcia [3], Jos Cleber (1950) menuliskan dengan irama
Maestoso con bravura (kecepatan metronome 104).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Aransemen simfoni Jos Cleber (1950)</b></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Secara musikal, lagu ini telah dimuliakan justru oleh orang Belanda
(atau Belgia?) bernama Jos Cleber (pada waktu itu ia berusia 34 tahun)
yang tutup usia tahun 1999 pada usia 83 tahun. Setelah menerima
permintaan Kepala Studio RRI Jakarta Jusuf Ronodipuro pada tahun 1950,
Jos Cleber pun menyusun aransemen baru, yang penyempurnaannya ia lakukan
setelah juga menerima masukan dari Presiden Soekarno.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Rekaman asli (1950) dan rekam ulang (1997)</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Rekaman asli dari Jos Cleber tahun 1950 dari Orkes Cosmopolitan Jakarta,
telah dimainkan dan direkam kembali secara digital di Australia tahun
1997 berdasarkan partitur Jos Cleber yang tersimpan di RRI Jakarta, oleh
Victoria Philharmonic di bawah pengarahan Addie MS.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Lirik asli (1928)</b></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
INDONESIA RAJA</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
I</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia, tanah airkoe, Tanah toempah darahkoe,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Disanalah akoe berdiri,Mendjaga Pandoe Iboekoe.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia kebangsaankoe,Kebangsaan tanah airkoe,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Marilah kita berseroe:"Indonesia Bersatoe".</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Hidoeplah tanahkoe, Hidoeplah neg'rikoe,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Bangsakoe, djiwakoe, semoea,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Bangoenlah rajatnja,Bangoenlah badannja,Oentoek Indonesia Raja.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
II</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia, tanah jang moelia, Tanah kita jang kaja,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Disanalah akoe hidoep, Oentoek s'lama-lamanja.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia, tanah poesaka, Poesaka kita semoea,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Marilah kita mendoa: "Indonesia Bahagia".</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Soeboerlah tanahnja, Soeboerlah djiwanja,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Bangsanja, rajatnja, semoeanja,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Sedarlah hatinja, Sedarlah boedinja, Oentoek Indonesia Raja.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
III</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia, tanah jang soetji, Bagi kita disini,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Disanalah kita berdiri, Mendjaga Iboe sedjati.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia, tanah berseri, Tanah jang terkoetjintai,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Marilah kita berdjandji: "Indonesia Bersatoe"</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
S'lamatlah rajatnja, S'lamatlah poet'ranja,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Poelaoenja, laoetnja, semoea,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Madjoelah neg'rinja, Madjoelah Pandoenja,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Oentoek Indonesia Raja.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Refrain :</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indones', Indones', Moelia, Moelia,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Tanahkoe, neg'rikoe jang koetjinta.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indones', Indones',</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Moelia, Moelia, Hidoeplah Indonesia Raja.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Lirik resmi (1958)</b></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
INDONESIA RAJA</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
I</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Disanalah aku berdiri, Djadi pandu ibuku.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan tanah airku,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Marilah kita berseru, Indonesia bersatu.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Hiduplah tanahku, Hiduplah neg'riku,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Bangsaku, Rajatku, sem'wanja,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Bangunlah djiwanja, Bangunlah badannja, Untuk Indonesia Raja.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
II</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia, tanah jang mulia, Tanah kita jang kaja,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Disanalah aku berdiri, Untuk s'lama-lamanja.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia, tanah pusaka, P'saka kita semuanja,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Marilah kita mendoa, Indonesia bahagia.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Suburlah tanahnja, Suburlah djiwanja,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Bangsanja, Rajatnja, sem'wanja, Sadarlah hatinja,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Sadarlah budinja, Untuk Indonesia Raja.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
III</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia, tanah jang sutji, Tanah kita jang sakti,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Disanalah aku berdiri, Ndjaga ibu sejati.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia, tanah berseri, Tanah jang aku sajangi,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Marilah kita berdjandji, Indonesia abadi.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
S'lamatlah rakjatnja, S'lamatlah putranja,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Pulaunja, lautnja, sem'wanja,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Madjulah Neg'rinja, Madjulah pandunja, Untuk Indonesia Raja.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Refrain:</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Raja, Merdeka, merdeka,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Tanahku, neg'riku jang kutjinta!</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Indonesia Raja, Merdeka, merdeka,</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Hiduplah Indonesia Raja.</span><br />
<br />
<br />
<span style="font-size: small;">stanza: </span>kumpulan larik sajak yg menjadi satuan struktur sajak, ditentukan oleh jumlah larik, pola matra, atau rima; bait (kurang lebih seperti itu)<span style="font-size: small;"> </span></div>
Muhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5950209530200477819.post-7494346465136423912013-05-31T22:36:00.003-07:002013-05-31T22:37:24.995-07:00Ki Hadjar Dewantara<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-E_nS9TUCNpw/UamH5KQL1BI/AAAAAAAAAG0/hMj_MWgWZ3U/s1600/ki+hajar+dewantara.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://3.bp.blogspot.com/-E_nS9TUCNpw/UamH5KQL1BI/AAAAAAAAAG0/hMj_MWgWZ3U/s320/ki+hajar+dewantara.JPG" width="229" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Ki Hajar Dewantara atau Nama Aslinya Raden Mas Soewardi Soeryaningrat
adalah Pendiri Taman Siswa merupakan Bapak Pendidikan Nasional. Lahir di
Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Hari lahirnya, diperingati sebagai
Hari Pendidikan Nasional. Ajarannya yang terkenal ialah tut wuri
handayani (di belakang memberi dorongan), ing madya mangun karsa (di
tengah menciptakan peluang untuk berprakarsa), ing ngarsa sungtulada (di
depan memberi teladan). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 28
April 1959 dan dimakamkan di sana. </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Terlahir dengan nama
Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga
kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat genap berusia
40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, berganti nama menjadi Ki Hadjar
Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar
kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat
bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Mendapat
Penghargaan : Bapak Pendidikan Nasional, hari kelahirannya 2 Mei
dijadikan hari Pendidikan Nasional dan Pahlawan Pergerakan Nasional (SK
Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959) </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) tidak tamat </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- Europeesche Akte, Belanda </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957 </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- Wartawan Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- Pendiri Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) 3 Juli 1922 </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- Boedi Oetomo 1908 </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">- Pendiri Indische Partij (partai politik pertama beraliran nasionalisme Indonesia) 25 Desember 1912 </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Perjalanan
hidupnya benar-benar diwarnai perjuangan dan pengabdian demi
kepentingan bangsanya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar
Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter
Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja
sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden
Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan
Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya
sangat komunikatif, tajam dan patriotik sehingga mampu membangkitkan
semangat antikolonial bagi pembacanya. </span></span><br />
</div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Selain ulet
sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan
politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo
untuk mensosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia
pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam
berbangsa dan bernegara. Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja
Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische
Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia)
pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka.
</span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Raden Mas Soewardi Soeryaningrat pernah dibuang ke
Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan
hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan
dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil
memperoleh Europeesche Akte. Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun
1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai
bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Setelah pulang dari
pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan
sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut
Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Setelah
zaman kemedekaan, Ki hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar
Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh dan pahlawan
pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei
dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai
Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305
Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya
adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun
1957. </span></span><br />
<br style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;" />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris
Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta
dan dimakamkan di sana. Kemudian oleh pihak penerus perguruan Taman
Siswa, didirikan Museum Dewantara Kirti Griya, Yogyakarta, untuk
melestarikan nilai-nilai semangat perjuangan Ki Hadjar Dewantara. Dalam
museum ini terdapat benda-benda atau karya-karya Ki Hadjar sebagai
pendiri Tamansiswa dan kiprahnya dalam kehidupan berbangsa.</span></span></div>
<div style="left: -99999px; position: absolute;">
Bangsa ini perlu
mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan
bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku,
budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya,
serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi<br />
<br />
Sumber: <a href="http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1502-bapak-pendidikan-nasional">http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1502-bapak-pendidikan-nasional</a><br />
Copyright © tokohindonesia.co</div>
<div style="left: -99999px; position: absolute;">
Bangsa ini perlu
mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan
bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku,
budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya,
serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi<br />
<br />
Sumber: <a href="http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1502-bapak-pendidikan-nasional">http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1502-bapak-pendidikan-nasional</a><br />
Copyright © tokohindonesia.com</div>
<div style="left: -99999px; position: absolute;">
Bangsa ini perlu
mewarisi buah pemikirannya tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan
bangsa secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku,
budaya, adat, kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya,
serta harus didasarkan kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asasi<br />
<br />
Sumber: <a href="http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1502-bapak-pendidikan-nasional">http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1502-bapak-pendidikan-nasional</a><br />
Copyright © tokohindonesia.com</div>
Muhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5950209530200477819.post-7003434965658957932013-05-31T22:31:00.001-07:002013-05-31T22:31:55.657-07:00Sejarah Benteng Vredeburg<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://3.bp.blogspot.com/-CfxjzdIOwD4/UamFrzLANiI/AAAAAAAAAGo/aEr96A2XUwI/s1600/benteng-vredeburg.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="239" src="http://3.bp.blogspot.com/-CfxjzdIOwD4/UamFrzLANiI/AAAAAAAAAGo/aEr96A2XUwI/s320/benteng-vredeburg.jpg" width="320" /></a></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Museum Benteng Vredeburg yang terletak di Jalan Ahmad Yani No. 6,
Yogyakarta, gedung ini merupakan salah satu objek wisata yang sayang
bila kita lewatkan pada waktu kita mengunjungi Kota Daerah Istimewah
Yogyakarta. Jalan Ahmad yani ini berujung di Alun-alun Utara yang
menajdi halaman utara Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Dan bila kita
menyelusuri jalan Malioboro kita akan mengakhiri perjalanan kita di
Benteng tersebut sebelum menyeberang untuk mencapai Alun-alun.Bangunan
yang terletak di ujung Jalan Malioboro ini merupakan satu saksi dari
perjalanan sejarah perjuangan Yogyakarta menentang kolonialisme Belanda.
Benteng ini dibangun oleh pemerintah Belanda guna melindungi rumah
Residen Belanda (sekarang menjadi Gedung Agung) dan pemukiman
orang-orang Belanda dari kemungkinan serangan meriam milik Keraton
Yogyakarta. Sebelum dibangun menjadi benteng, di tahun 1761 tempat ini
merupakan parit perlindungan atau bunker bagi tentara Belanda atau lebih
dikenal dengan sebutan Rusten Burg.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Benteng Vredeburg didirikan pada tahun 1760 oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono I (HB I) atas permintaan pemerintah Belanda. Maksud Belanda
adalah untuk menjaga keamanan Sultan Yogyakarta. Dan menurut informasi
yang penulis dapatkan dari pihak penerangan Museum Benteng Vredeburg
mengenai fungsi dan awal kegunaan <b>Benteng Vredeburg</b> ini di bangun
adalah, agar Belanda dapat mudah memantau gerak-gerik Sultan. Karena
pada waktu itu di dalam Benteng ada meriam yang mengarah ke Kraton
Yogyakarta.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Meriam tersebut untuk berjaga-jaga kalau Sultan dan ratusan prajuritnya
sewaktu-waktu memberontak terhadap pemerintahan kolonial. jarak Keraton
Yogyakarta dan Benteng Vredeburg berjarak sepelemparan meriam, yang
tentunya akan sangat memudahkan pihak Belanda melakukan perlawanan pada
waktu itu.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Bentuk awal bangunan Benteng Vrederburg sangat sederhana, berbentuk
bujur sangkar dengan tempat penjagaan bastion di setiap sudut.
masing-masing bastion bernama Jayawisesa (barat laut), Jayapurusa (timur
laut), Jayaprakosaningprang (barat daya), Jayaprayitna (tenggara).</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Di tahun 1765, Frans Haak mengubahnya menjadi benteng dengan mengambil
model benteng di daratan Eropa. Ini bisa dilihat dari ciri parit dalam
yang mengelilingi banteng, kemudian ada menara pengawas di setiap
sudutnya dan tembok lebar yang memungkinkan para serdadu berpatroli
diatasnya dan menembak dari tempat itu. Hingga kini, semua itu masih
bisa disaksikan. Karena penguasa Yogyakarta tidak berkenan dengan
pembangunan benteng ini maka dibutuhkan waktu 23 tahun untuk
menyelesaikannya, hal ini terjadi karena kurangnya suplai tenaga kerja
dari penduduk lokal.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Dalam perjalanan sejarahnya, benteng ini sering dijadikan tempat
penahanan pemimpin-pemimpin Yogya yang membangkang terhadap pemerintah
kolonial Belanda sebelum dibuang ke luar Pulau Jawa. Di tempat ini pula
kolaborator Belanda yang masih kerabat Sultan, Danurejo IV merancang
taktik untuk menangkap Pangeran Diponegoro, putra tertua Sultan Hamengku
Buwono III yang menentang Belanda.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Pada jaman Gubernur Belanda W.H Ossenberg, bangunan ini diusulkan agar
dibuat pemanen, dengan suatu alasan agar keamanan lebih terjamin. Maka
dimulailah penyempurnaan benteng yang ternyata memakan wkatu yang tidak
sedikit, yakni dari tahun 1769 sampai dengan 1787. Setelah selesai
disempurnakan benteng ini diberinama Rustenburg yang berarti "benteng
peristirahatan".</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Lamanya proses pengerjaaan benteng pada waktu itu dikarenakan Sultan
sedang disibukkan dengan pembangunan Keraton Yogyakarta pada tahun 1775,
dan Sultan HB I sendirilah yang menjadikan arsiteknya. Pembangunan
Keraton Yogyakarta tidak lepas dari peristiwa pemisahan Kerajaan Mataram
menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta yang diperintah Sunan Pakubuwono
III dan Kesultanan Ngayogyakarta yang diperintah Pangeran mangkubumi,
akibat Perjanjian Giyanti (1755). Setelah Perjanjian Giyanti,
pesanggrahan Ayodya dibangun menjadi Keraton Kasultanan Ngayogyakarta.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Rustenburg yang sempat dijadikan markas pertahanan VOC ini mengalami
kerusakan ketika Yogyakarta dilanda gempa pada tahun 1867. Setelah
diadakan peraikan, Rustenburg diberi nama baru, yaitu "Vredeburg" yang
berarti "benteng perdamaian".</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Nama Vredeburg menunjukkan bahwa hubungan Belanda dan Keraton Yogyakarta
memang tidak pernah akur, bahkan saling menyerang. Meriam yang
diarahkan ke Kraton ini disiagakan lagi pada masa revolusi, tepatnya
Desember 1948, ketika Yogyakarta jadi ibu Kota Negara Republik
Indonesia. Saat itu, Sultan Hamengku Buwono IX (HB IX) menyediakan
Keraton sebagai tempat gerilyawan Tentara Nasional Indonesia (TNI)
berkumpul. Para perwisra banyak yang menyamar menjadi abdi dalem Kerton
Yogyakarta pada waktu itu.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Strategi itu digunakan oleh Sultan dikarenakan Sultan tahu bahwa Keraton
tempat yang aman bagi gerilyawan dan tidak akan diserang Belanda, dan
Sultan HB IX tahu karena Ratu Wilhelmina di Belanda sudah berpesan
kepada tentara Belanda untuk tidak mengganggu Sultan dan teman-temannya.
Maka terbungkamlah meriam yang selama ini dipersiapkan oleh Belanda di
Benteng Vredeburg.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Dalam catatatan informasi yang penulis dapatkan mengenai <b>Benteng Vredeburg</b>
paska kemerdekaan, benteng vredeburg pernah menjadi markas Garnizun 072
serta Tentara Nasional Indonesia Batalion Infanteri 403. Pada tahun
1981, bangunan ini baru ditetapkan sebagai benda cagar budaya, dan mulai
pada tahun 1992 secara resmi ditetapkan sebagai Museum Khusus Sejarah
Sejarah Perjuangan Nasional Museum Benteng Vrederburg Yogyakarta. dengan
nama</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Di seberang Benteng Vrederburd terdapat Gedung Agung yang masa revolusi
dulu merupakan Istana Presiden Republik Indonesia, ketika Yogyakarta
menjadi Ibu Kota Indonesia pada tahun 1946 - 1949. Dengan mengunjungi
Benteng Vredeburg kita bukan hanya melihat diorama dan foto dari masa
Pangeran Diponegoro hingga masa revolusi, namun kita juga dapat
mengamati betapa bangunan tua tersebut demikian terawatnya, taman yang
indah yetpangkas rapi berikut tersedianya bangku yaman yang terbuat dari
beton. Cat dindingnya terus diperbaruhi dan tidak dibiarkan menajdi
lusuh.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Pada setiap banguan di dalam lokasi Benteng Vredeburg tertempel
keterangan fungsi bangunan tersebut sebelumnya, seperti gudang mesiu,
gudang senjata berat, perumahan perwira, gedung pengapit, dan pintu
gerbang. Gedung apit yang dulunya merupakan kantor administrasi kompleks
Benteng Vredeburg, dan banguanan ini merupakan bentuk aslinya dengan
segala ornamen gaya Yunani masa Renaisans, yang menunjukkan usianya
lebih tua dibandingkan bangunan lainnya.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Kita bisa berkeliling di atas dinding Benteng Vredeburg. Dengan
memperhatikan dinding ruang pengintaian yang bopeng bekas peluru
tembakan. dan dari atas Benteng Vredeburg kita bisa melepas pemandangan
sekeliling kita untuk melihat pemandangan.</span><br />
<span style="font-size: small;"><br />
Bila kita lelah berkeliling Benteng Vredeburg maka kita bisa
beristirahat di sekeliling Benteng Vredeburg yang ditanami pohon rimbun
di atas Benteng Vredeburg sambil melihat lalu lintas Kota Yogyakarta dan
keindahan gedung-gedung tua di perempatan jalan ahmad Yani, Yogyakarta.</span> </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<h3 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Masa_Jepang">Masa Jepang</span> </h3>
<div style="text-align: justify;">
Tanggal 7 Maret 1942, pemerintah Jepang memberlakukan UU nomor 1
tahun 1942 bahwa kedudukan pimpinan daerah tetap diakui tetapi berada di
bawah pengawasan Kooti Zium Kyoku Tjokan (Gubernur Jepang) yang
berkantor di Gedung Tjokan Kantai (Gedung Agung).
Pusat kekuatan tentara Jepang disamping ditempatkan di Kotabaru juga di
pusatkan di Benteng Vredeburg. Tentara Jepang yang bermarkas di Benteng
Vredeburg adalah Kempeitei yaitu tentara pilihan yang terkenal keras
dan kejam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Disamping itu benteng Vredeburg juga digunakan sebagai tempat
penahanan bagi tawanan orang Belanda maupun Indo Belanda yang ditangkap.
Juga kaum politisi Indonesia yang berhasil ditangkap karena mengadakan
gerakan menentang Jepang.</div>
<div style="text-align: justify;">
Guna mencukupi kebutuhan senjata, tentara Jepang mendatangkan
persenjataan dari Semarang. Sebelum dibagikan ke pos-pos yang memerlukan
terlebih dulu di simpan di Benteng Vredeburg. Gudang mesiu terletak di
setiap sudut benteng kecuali di sudut timur laut. Hal itu dengan
pertimbangan bahwa di kawasan tersebut keamanan lebih terjamin.
Penempatan gudang mesiu di setiap sudut benteng dimaksudkan untuk
mempermudah disaat terjadi perang secara mendadak.</div>
<div style="text-align: justify;">
Penguasaan Jepang atas Benteng Vredeburg berlangsung dari tahun 1942
sampai dengan tahun 1945, ketika proklamasi telah berkumandang dan
nasionalisasi bangunan-bangunan yang dikuasai Jepang mulai dilaksanakan.
Selama itu meskipun secara de facto dikuasai oleh Jepang tetapi secara
yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dari uraian itu dapat dikatakan bahwa pada masa pendudukan Jepang
(1942-1945) bangunan benteng Vredeburg difungsikan sebagai markas
tentara Kempeitei, gudang mesiu dan rumah tahanan bagi orang Belanda dan
Indo Belanda serta kaum politisi RI yang menentang Jepang.</div>
<h3 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Masa_Kemerdekaan">Masa Kemerdekaan</span> </h3>
<h4 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="1945-1970-an">1945-1970-an</span> </h4>
<div style="text-align: justify;">
Berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia disambut dengan
perasaan lega oleh seluruh rakyat Yogyakarta. Ditambah dengan keluarnya
Pernyataan Sri Sultan Hamengku Buwono IX (Pernyataan 5 September 1945) yang kemudian diikuti oleh Sri Paku Alam VIII yang berisi dukungan atas berdirinya negara baru, Negara Republik Indonesia, maka semangat rakyat semakin berapi-api.</div>
<div style="text-align: justify;">
Sebagai akibatnya terjadi berbagai aksi spontan seperti pengibaran
bendera Merah Putih, perampasan bangunan dan juga pelucutan senjata
Jepang. Masih kuatnya pasukan Jepang yang berada di Yogyakarta,
menyebabkan terjadinya kontak senjata seperti yang terjadi di Kotabaru
Yogyakarta. Dalam aksi perampasan gedung ataupun fasilitas lain milik
Jepang, Benteng Vredeburg juga menjadi salah satu sasaran aksi.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah benteng dikuasai oleh pihak RI untuk selanjutnya
penanganannya diserahkan kepada instansi militer yang kemudian
dipergunakan sebagai asrama dan markas pasukan yang tergabung dalam
pasukan dengan kode Staf “Q” dibawah Komandan Letnan Muda I Radio, yang
bertugas mengurusi perbekalan militer. Oleh karena itu tidak mustahil
bila pada periode ini Benteng Vredeburg disamping difungsikan sebagai
markas juga sebagai gudang perbekalan termasuk senjata, mesiu, dan
sebagainya. Pada tahun 1946 di dalam komplek Benteng Vredeburg didirikan
rumah sakit tentara untuk melayani korban pertempuran. Namun dalam
perkembangannya rumah sakit tersebut juga melayani tentara beserta
keluarganya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika tahun 1946 kondisi politik Indonesia mengalami kerawanan di
saat perbedaan persepsi akan arti revolusi yang sedang terjadi.
Meletuslah peristiwa yang dikenal dengan “Peristiwa 3 Juli 1946”, yaitu
percobaan kudeta yang dipimpin oleh Jenderal Mayor Soedarsono. Karena
usaha tersebut gagal maka para tokoh yang terlibat dalam peristiwa
tersebut seperti Mohammad Yamin, Tan Malaka dan Soedarsono ditangkap.
Sebagai tahanan politik mereka pernah ditempatkan di Benteng Vredeburg.</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada masa Agresi Militer Belanda II
(19 Desember 1948) Benteng Vredeburg yang waktu itu dijadikan markas
militer RI menjadi sasaran pengeboman pesawat-pesawat Belanda. Kantor Tentara Keamanan Rakyat yang berada di dalamnya hancur. Setelah menguasai lapangan terbang Maguwo,
tentara Belanda yang tergabung dalam Brigade T pimpinan Kolonel Van
Langen berhasil menguasai kota Yogyakarta, termasuk Benteng Vredeburg.
Selanjutnya Benteng Vredeburg dipergunakan sebagai markas tentara
Belanda yang tergabung dalam IVG (<i>Informatie voor Geheimen</i>),
yaitu dinas rahasia tentara Belanda. Di samping itu Benteng Vredeburg
juga difungsikan sebagai asrama prajurit Belanda dan juga dipakai untuk
menyimpan senjata berat seperti tank, panser dan kendaraan militer
lainnya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Ketika terjadi Serangan Umum 1 Maret 1949,
sebagai usaha untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa RI
bersama dengan TNI masih ada, Benteng Vredeburg menjadi salah satu
sasaran di antara bangunan-bangunan lain yang dikuasai Belanda seperti
kantor pos, stasiun kereta api, Hotel Toegoe, Gedung Agung, dan tangsi Kotabaru.
Kurang lebih 6 enam jam kota Yogyakarta dapat dikuasai oleh TNI beserta
rakyat pejuang. Baru setelah bala bantuan tentara Belanda yang
didatangkan dari Magelang tiba ke Yogyakarta, TNI dan rakyat mundur ke luar kota dan melakukan perjuangan gerilya.</div>
<div style="text-align: justify;">
Setelah Belanda meninggalkan kota Yogyakarta, Benteng Vredeburg dikuasai oleh APRI (Angkatan Perang Republik Indonesia). Kemudian pengelolaan benteng diserahkan kepada Militer Akademi Yogyakarta.<a href="http://./"></a> Pada waktu itu Ki Hadjar Dewantara
pernah mengemukakan gagasannya agar Benteng Vredeburg dimanfaatkan
sebagai ajang kebudayaan. Akan tetapi gagasan itu terhenti karena
terjadi peristiwa “Tragedi Nasional” Pemberontakan G 30 S/PKI
tahun 1965. Waktu itu untuk sementara Benteng Vredeburg digunakan
sebagai tempat tahanan politik terkait dengan peristiwa G 30 S/ PKI yang
langsung berada di bawah pengawasan Hankam.</div>
<div style="text-align: justify;">
Rencana pelestarian bangunan Benteng Vredeburg mulai lebih terlihat
nyata setelah tahun 1976 diadakan studi kelayakan bangunan benteng yang
dilakukan oleh Lembaga Studi Pedesaan dan Kawasan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Setelah diadakan penelitian maka usaha ke arah pemugaran bangunan bekas Benteng Vredeburg pun segera dimulai.</div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Tahun_1977_.E2.80.93_1992">Tahun 1977 – 1992</span> </h4>
<div style="text-align: justify;">
Dalam periode ini status penguasaan dan pengelolaan benteng pernah
diserahkan dari pihak HANKAM kepada Pemerintah Daerah Yogyakarta.
Tanggal 9 Agustus 1980 diadakan penandatanganan piagam perjanjian
tentang pemanfaatan bangunan bekas Benteng Vredeburg oleh Sri Sultan HB
IX (pihak I) dan Mendibud Dr. Daoed Joesoef (pihak II).</div>
<div style="text-align: justify;">
Pada periode ini Benteng Vredeburg pernah dipergunakan sebagai ajang
Jambore Seni (26 – 28 Agustus 1978), Pendidikan dan latihan Dodiklat
POLRI. Juga pernah dipergunakan sebagai markas Garnisun 072 serta markas TNI AD Batalyon 403. Meski demikian secara yuridis formal status tanah tetap milik kasultanan.</div>
<div style="text-align: justify;">
Dengan pertimbangan bahwa bangunan bekas Benteng Vredeburg tersebut
merupakan bangunan bersejarah yang sangat besar artinya maka pada tahun
1981 bangunan bekas Benteng Vredeburg ditetapkan sebagai benda cagar
budaya berdasarkan Ketetapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor
0224/U/1981 tanggal 15 Juli 1981.</div>
<div style="text-align: justify;">
Tentang pemanfaatan bangunan Benteng Vredeburg, dipertegas lagi oleh Prof. Dr. Nugroho Notosusanto
(Mendikbud RI) tanggal 5 November 1984 yang mengatakan bahwa bangunan
bekas Benteng Vredeburg akan difungsikan sebagai museum perjuangan
nasional yang pengelolaannya diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.</div>
<div style="text-align: justify;">
Piagam perjanjian serta surat Sri Sultan Hamengku Buwono IX Nomor
359/HB/85 tanggal 16 April 1985 menyebutkan bahwa perubahan-perubahan
tata ruang bagi gedung-gedung di dalam kompleks benteng Vredeburg
diijinkan sesuai dengan kebutuhan sebagai sebuah museum. Untuk
selanjutnya dilakukan pemugaran bangunan bekas benteng dan kemudian
dijadikan museum. Tahun 1987 museum telah dapat dikunjungi oleh umum.</div>
<h4 style="text-align: justify;">
<span class="mw-headline" id="Tahun_1992_sampai_sekarang">Tahun 1992 sampai sekarang</span> </h4>
<div style="text-align: justify;">
Melalui Surat Keputusan Mendikbud RI Prof. Dr. Fuad Hasan nomor
0475/O/1992 tanggal 23 November 1992 secara resmi Benteng Vredeburg
menjadi Museum Khusus Perjuangan Nasional dengan nama Museum Benteng
Yogyakarta.</div>
<div style="text-align: justify;">
Untuk meningkatkan fungsionalisasi museum ini maka mulai tanggal 5
September 1997 mendapat limpahan untuk mengelola Museum Perjuangan
Yogyakarta di Brontokusuman Yogyakarta, dari Museum Negeri Propinsi DIY
Sonobudoyo. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta merupakan Unit Pelaksana Teknis yang
berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang
Sejarah dan Purbakala.</div>
<div style="text-align: justify;">
Selanjutnya Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata Nomor : KM 48/OT.001/MKP/2003 tanggal 5 Desember 2003 Museum
Benteng Vredeburg Yogyakarta mempunyai Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi
yaitu sebagai museum khusus merupakan Unit Pelaksana Teknis yang
berkedudukan di lingkungan Kementerian dan Kebudayaan Deputi Bidang
Sejarah dan Purbakala yang bertugas melaksanakan pengumpulan, perawatan,
pengawetan, penelitian, penyajian, penerbitan hasil penelitian dan
memberikan bimbingan edukatif kultural mengenai benda dan sejarah
perjuangan bangsa Indonesia di wilayah Yogyakarta.</div>
Muhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5950209530200477819.post-16401577636533280832013-05-31T22:22:00.002-07:002013-05-31T22:22:45.266-07:00Thomas Stamford Raffles<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span class="hps"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-Ok8P0yHtXp8/UamEbtbjWuI/AAAAAAAAAGc/XQ1KLDpZfc4/s1600/rafless.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-Ok8P0yHtXp8/UamEbtbjWuI/AAAAAAAAAGc/XQ1KLDpZfc4/s1600/rafless.jpg" /></a></div>
</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span class="hps"><span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> Thomas Stamford</span></span><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> <span class="hps">Raffles</span> <span class="hps">lahir di</span> <span class="hps">laut di</span> <span class="hps">papan</span><span class="hps"></span> <span class="hps">kapal</span> </span><span lang="IN" style="line-height: 115%;"><span class="hps">Ann</span></span><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> <span class="hps">pada</span> <span class="hps">6 Juli 1781</span> <span class="hps">di lepas pantai</span> <span class="hps">Jamaika.</span> <span class="hps">Pada 1795</span>, pria muda <span class="hps">menerima pekerjaan</span> <span class="hps">pertamanya di</span> <span class="hps">East India Company</span> <span class="hps">sebagai pegawai</span>. <span class="hps">Tapi dia</span> <span class="hps">belajar keras</span> <span class="hps">di waktu luang</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">pada 1804</span>, <span class="hps">telah diposting</span> <span class="hps">ke Penang</span> <span class="hps">(kemudian</span> <span class="hps">Prince of Wales</span> <span class="hps">Island)</span> <span class="hps">dan dipromosikan ke</span> <span class="hps">Asisten</span> <span class="hps">Sekretaris</span> <span class="hps">Kepresidenan</span> <span class="hps">bahwa pulau</span> <span class="hps">Malaysia</span>. <span class="hps">Penguasaan</span>-Nya atas <span class="hps">bahasa Melayu</span> <span class="hps">membuatnya</span> <span class="hps">sangat diperlukan untuk</span> <span class="hps">Pemerintah Inggris</span>, <span class="hps">dan ia</span> <span class="hps">kemudian ditunjuk</span> <span class="hps">penerjemah</span> <span class="hps">Melayu</span> <span class="hps">kepada Pemerintah</span> <span class="hps">India</span>. <span class="hps">Pada 1811</span>, <span class="hps">ia kembali</span> <span class="hps">sebagai</span> <span class="hps">Gubernur</span> <span class="hps">Letnan</span> <span class="hps">Jawa</span>, <span class="hps">dan segera</span> <span class="hps">dipromosikan menjadi</span> <span class="hps">Gubernur</span> <span class="hps">Bengkulu</span> <span class="hps">(sekarang</span> <span class="hps">Sumatera</span>). <span class="hps">Pada</span> <span class="hps">19 Januari 1819</span>, <span class="hps">Raffles</span> <span class="hps">mendirikan</span> <span class="hps">Singapura modern</span> <span class="hps">dan pertama</span> <span class="hps">diperdebatkan</span> <span class="hps">ide</span> <span class="hps">yang menyebabkan</span> <span class="hps">pembentukan</span> <span class="hps">Museum</span> <span class="hps">Raffles</span> <span class="hps">di pulau itu</span>.</span><span style="line-height: 115%;"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"><br />
<span class="hps">Stamford Raffles</span> <span class="hps">sangat</span> <span class="hps">terpesona</span> <span class="hps">oleh keragaman</span> <span class="hps">besar dari</span> <span class="hps">hewan</span> <span class="hps">aneh dan</span> <span class="hps">tanaman dari</span> <span class="hps">Hindia Timur</span> <span class="hps">selama masa jabatannya</span> <span class="hps">di sana.</span> <span class="hps">Dia segera</span> <span class="hps">dipekerjakan</span> <span class="hps">ahli zoologi</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">botani</span> <span class="hps">untuk menemukan</span> <span class="hps">semua yang mereka</span> <span class="hps">dapat tentang</span> <span class="hps">hewan dan</span> <span class="hps">tumbuhan</span> <span class="hps">di kawasan dan</span> <span class="hps">akan membayar</span> <span class="hps">asistennya</span> <span class="hps">keluar dari</span> <span class="hps">kantong</span> <span class="hps">sendiri</span> <span class="hps">untuk mengumpulkan</span> <span class="hps">spesimen</span>. <span class="hps">Dia juga</span> <span class="hps">dihidupkan kembali dan</span> <span class="hps">menjadi presiden</span> <span class="hps">Masyarakat</span> <span class="hps">Batavia</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps">aktif terlibat dalam</span> <span class="hps">studi</span> <span class="hps">sejarah alam</span> <span class="hps">Jawa dan</span> <span class="hps">daerah sekitarnya</span>.</span><span style="line-height: 115%;"></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;">Dalam</span></span><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> <span class="hps">memoar</span> <span class="hps">tentang dirinya</span>, istrinya <span class="hps">Lady Sophia</span> <span class="hps">Raffles</span>, <span class="hps">koleksi</span> <span class="hps">binatang</span> <span class="hps">juga menyebutkan</span>, di antara <span class="hps">yang</span> <span class="hps">indah</span> <span class="hps">spesimen</span> <span class="hps">tapir</span>, <span class="hps">badak dan</span> <span class="hps">kijang</span>. <span class="hps">Dia menyebutkan</span> <span class="hps">bahwa</span> <span class="hps">dikirim</span> <span class="hps">ke Inggris</span>. <span class="hps">Raffles</span> <span class="hps">juga</span> <span class="hps">menyimpan beberapa</span> <span class="hps">hewan</span> <span class="hps">sebagai hewan peliharaan</span>. <span class="hps">Sebuah</span> <span class="hps">beruang</span> <span class="hps">anak</span> <span class="hps">dia</span> <span class="hps">dibesarkan</span> <span class="hps">dengan anak-anaknya</span> <span class="hps">dilaporkan</span> <span class="hps">sering</span> <span class="hps">bergabung dengannya</span> <span class="hps">untuk makan malam</span>, <span class="hps">makan</span> <span class="hps">mangga</span> <span class="hps">dan minum sampanye</span></span><span class="hps"><span style="line-height: 115%;"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> Sir</span></span><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> <span class="hps">Thomas Stamford</span> <span class="hps">Raffles</span> <span class="hps">meninggal</span> <span class="hps">sehari sebelum</span> <span class="hps">ulang tahunnya</span> <span class="hps">ke-45</span> <span class="hps">di</span> <span class="hps">tahun 1826.</span> <span class="hps">Beberapa tahun</span> <span class="hps">sebelumnya</span>, <span class="hps">pada tahun 1821</span> <span class="hps">dan</span> <span class="hps">1822,</span> <span class="hps">ia memberikan kontribusi</span> <span class="hps">dua makalah</span> <span class="hps">dalam Transaksi dari</span> <span class="hps">Zoological Society</span>, <span class="hps">London, dengan</span> <span class="hps">deskripsi</span> <span class="hps">dari beberapa</span> <span class="hps">34</span> <span class="hps">spesies burung</span> <span class="hps">dan 13</span> <span class="hps">spesies mamalia</span>, terutama <span class="hps">dari Sumatra</span></span><span style="line-height: 115%;">.<span class="hps"></span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span class="hps"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> Sebagai</span></span><span lang="IN" style="line-height: 115%;"> <span class="hps">Stamford</span> <span class="hps">Raffles</span> <span class="hps">yang terkenal</span> <span class="hps">di kalangan</span> <span class="hps">sejarah alam</span>, sejumlah <span class="hps">hewan dan</span> <span class="hps">tanaman telah</span> <span class="hps">dinamai untuk menghormatinya</span>. <span class="hps">Mereka termasuk</span> <span class="hps">Megalaima</span> <span class="hps">rafflesi</span> <span class="hps">(</span>Red-crowned <span class="hps">Barbet</span>), <span class="hps">Dinopium</span> <span class="hps">rafflesii</span> <span class="hps">(</span>Olive<span class="atn">-</span>didukung <span class="hps">Pelatuk</span>) dan <span class="hps">Chaetodon</span> <span class="hps">rafflesi</span> <span class="hps">(</span>Butterflyfish <span class="hps">berkisi-kisi</span>). <span class="hps">Mungkin</span> <span class="hps">organisme yang paling</span> <span class="hps">khas</span> <span class="hps">bernama setelah dia</span> <span class="hps">akan</span> <span class="hps">Rafflesia</span>, <span class="hps">genus</span> <span class="hps">tanaman</span> <span class="hps">parasit pada</span> <span class="hps">pohon-pohon palem</span> <span class="hps">yang</span> <span class="hps">ditemukan pada</span> <span class="hps">sebuah ekspedisi</span> <span class="hps">ke</span> <span class="hps">hutan</span> <span class="hps">di Sumatera</span>. <span class="hps">Ini adalah</span> <span class="hps">endemik</span> <span class="hps">ke Asia Tenggara</span> <span class="hps">dan menghasilkan</span> <span class="hps">terbesar</span> <span class="hps">dan mungkin</span> <span class="hps">di dunia</span> <span class="hps">yang paling spektakuler</span> <span class="hps">(</span>abeit <span class="hps">jahat</span> <span class="hps">berbau</span>) <span class="hps">bunga.</span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span lang="IN" style="line-height: 115%;"><span class="hps"> </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">
Thomas Stamford Raffles adalah seorang yang kurang mempunyai karakter
hebat, tapi cukup bijaksana untuk lebih memelih reputasi dalam sejarah
daripada penghasilan material sesaat (Vlekke, 2008). Bernama lengkap
Thomas Stamford Bringley Raffles ini lahir 6 Juli 1781
berkewarganegaraan Inggris. Ia adalah seorang Gubernur Jenderal
Hindia-Belanda yang terbesar. Ia juga dikatakan pendiri kota dan Negara
kota Singapura. Ayahnya adalah seorang kapten bernama Benjamin Raffles
dan Ibunya adalah Anne Lyde Linderman, namun akibat terhimpit krisis
ekonomi dan terjerat kasus dalam perdagangan budak di kepulauan Karibia
mengakibatkan ayahnya meninggal saat Raffles berusia 15 tahun. Saat itu
juga ia mulai bekerja sebagai pegawai di London untuk perusahan Hindia
Timur Britania yang banyak berperan dalam penaklukan Inggris di luar
Negeri (id.wikipedia.org) dan diangkat ke posisi agen perusahaan di
Pulau Penang pada 1805. Di sini dia memulai studinya atas bahasa, adat
istiadat, dan sejarah Melayu. Bermula menjadi palayan humaniter utama
kemudian menciptakan lewat tulisannya, suatu legenda histori mengenai
administrasinya di Jawa dan akhirnya dengan suatu kebijakan ekspansi
yang berani sehingga membuat dia mencapai keberhasilan terbesarnya yaitu
pendirian Singapura.
</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify; text-indent: 0.5in;">
<span style="font-size: small;">Dia
menulis begitu baik dalam bentuk yang sangat menarik, sehingga selama
seabad setelah kematiannya orang menilai Raffles lebih berdasarkan
kata-katanya dari pada perbuatannya. Dari sinilah ia dinilai lebih
unggul dari pada para pendahulu-pendahulunya dalam administrasi
kolonial. Dari gabungan ambisi membara dan kecerdasan brilian tersebut,
membuat Raffles orang yang tepat untuk menjalankan rencana Lord Minto
untuk Indonesia. Kala waktu itu untuk menyerang dan menghancurkan
kekuatan Belanda di Indonesia (Vlekke, 2008).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Keberhasilan Inggris dalam
ekspansinya ini membawa nama Raffles menjadi semakin dikenal dan yang
tidak kalah pentingnya adalah melejitnya karir Raffles yang semakin
tinggi di usianya yang masih muda. Itu disebabkan karena pemerintah
Inggris mempercayakan semua kendali di nusantara kepadanya. Sehingga di
tunjuklah Raffles sebagai Letnan Gubernur oleh Lord Minto sebelum
kembali ke Kalkuta (Vlekke, 2008). Dia menjadi Jenderal Gubernur di Jawa
pada tahun 1811-1816. Selama di Jawa dalam menjalankan tugasnya,
nampaknya Raffles juga memiliki keterkaitan erat dengan orang Jawa,
bahkan ia lebih suka dengan orang Jawa dari pada dengan orang Belanda.
Sebab orang Jawa tidak memiliki sifat amuk (<em>chaos</em>). Selain itu
Raffles juga menyimpan besar perhatiannya pada budaya dan sastra Jawa,
karena ketertarikanya tersebut ia mengembangkan Museum Ethnografi
Batavia, yang sampai saat ini masih berdiri megah. Sebelumnya Belanda
telah mendirikan lembaga kebudayaan yang bernama Koninklijk Bataviaasch
Genootschap. Lembaga ini yang memelopori pendirian Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia (1778) dan Museum Gajah (1862) yang kesemuanya
berada di Jakarta. Pada 1814, Thomas Stamford Raffles mendengar berita
adanya penemuan benda purbakala di sekitar Magelang, Jawa Tengah.
Raffles kemudian mengutus H.C. Cornelius untuk menyelidiki lokasi
penemuan berupa bukit yang dipenuhi semak belukar. Ia memerintahkan agar
“bukit ilalang” itu dibersihkan, sehingga tampaklah sebuah candi
raksasa yang dipenuhi patung Buddha Mahayana. orang. Raffles juga
bercerita tentang keberadaan Candi Penataran yang berlokasi di sebelah
utara Blitar (Jawa Timur). Raffles menemukan candi ini pada 1815 bersama
seorang naturalis dan ahli kedokteran berkebangsaan Amerika, ialah
Thomas Walker Horsfield. Raffles kembali ke London (1815) karena
mengidap penyakit tropis yang cukup parah, serta kesedihannya yang
sangat dalam atas meninggalnya istrinya pada 26 November 1814 karena
penyakit malaria (Raffles, 2008) dan dimakamkan di Batavia tepatnya yang
sekarang menjadi Museum Prasasti. Di kebun raya Bogor juga dibangun
monument peringatan untuk mengenang kematian sang isteri
(id.wikipedia.org).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada tahun 1818, Thomas Stamford
Raffles kembali ke timur dan di promosikan menjadi gubernur Bengkulu.
Disana banyak yang telah dilakukan yaitu mengagas proyek benama
Singapore, mendirikan benteng, dan Ia juga dikenal sebagai pecinta
lingkungan yang penuh gairah di bidang boilogi. Banyak sederetan nama
binatang dan tumbuhan telah dinamai dengan menggunakan namanya (Raffles,
2008). Salah satu tumbuhan yang paling terkenal adalah benama<em> Rafflesia Arnoldii,</em>
sejenis tumbuhan parasit di pohon Palem, merupakan hasil penemuan
Raffles di sekitar Bengkulu (Sumatra). Tanaman ini merupakan endemic di
Asia Tenggara dan memiliki kelopak bunga terbesar serta paling
spektakuler di dunia. Sekembalinya ke London Thomas Stamford Raffles
mendirikan London Zoo dan Zoological Society of London yang sampai saat
ini masih terkenal. Ia pun menjadi presiden pertama dalam lembaga ilmiah
ini. Dari sinilah Raffles menghabiskan masa hidupnya yaitu di Kota dan
Negara asalnya. Seorang anak yang tengah menjelma menjadi seorang figure
dan menjadi seorang tokoh cerdas, bijaksana serta peduli terhadap
sesama telah menyatu semua dalam diri raffles. Menurut catatan Sophia
Malkasian, mahasiswa pascasarjana pada Southeast Asia Studies Program,
Ohio University, Amerika Serikat mengatakan Raffles dianggap sebagai
salah seorang pelopor kajian Jawa, serta bukunya menjadi sumber gagasan
Barat mengenai daerah tersebut, dan sebagai titik awal pengkajian
wilayah Timur.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; margin-left: -0.01in; text-align: justify; text-indent: 0.52in;">
<span style="font-size: small;">Perjuangan
telah dilakukan demi keluarga dan negaranya mulai dari masa remaja
hingga menutup mata. Banyak sumber yang mengatakan bahwa Thomas Stamford
Raffles meninggal dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45 (5
July 1826), atau hanya dua tahun sekembalinya dari Hindia-Timur, karena
menderita<em> apoplexy</em> atau <em>Stroke</em> (Raffles, 2008). Karena
pendirianya yang menentang perbudakan, keluarganya tidak diizinkan
mengebumikannya di halaman gereja setempat (St.Mary’s, Hendon). Larangan
ini dikeluarkan pendeta gereja itu, yang keluarganya memetik keuntungan
dari perdagangan budak. Ketika gereja itu diperluas pada 1920-an,
kuburannya dimasukkan ke dalam bagian bangunannya (id.wikipedia.org).</span></div>
<div lang="id-ID" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;"><strong>Masa Kepemimpinan Raffles di Nusantara</strong></span></div>
</li>
</ol>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><strong> </strong>Sejak
tahun 1800, blokade Inggris terhadap Belanda semakin memuncak.
Kedudukan-kedudukan Belanda yang ada di luar Jawa (hanya Ambon yang agak
kuat) diserang Inggris. Demikianlah Ambon, Gorontalo, Banda, Ternate,
praktis dapat dikuasainya. Tidak dengan Jawa, rupanya pertahanan masih
kuat dan memerlukan perhitungan militer yang lebih serius. Tetapi
keputusan itu belum diambil oleh pucuk pimpinan Inggris di India.
Walaupun demikian, persiapan untuk menyerang Jawa telah dilakukan sejak
masa-masa sebelumnya (Dekker, 1993).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada
tahun 1808 mulai berlangsung suatu zaman baru dalam hubungan
Jawa-Eropa. Negeri Belanda telah berada di bawah kekuasaan Perancis
sejak tahun 1795. Sehubungan dengan sentralisasi kekuasaan yang semakin
besar, maka Napoleon Bonaperte mengangkat adiknya, Louis Napoleon
sebagai penguasa di negeri Belanda pada tahun 1806. Pada tahun 1808,
Louis mengirim Marsekal Herman Willem Daendels ke Batavia untuk menjadi
Gubernur jenderal (1808-1811) dan untuk memperkuat pertahanan Jawa
sebagai basis melawan Inggris di Samudera Hindia. Dalam perjalanannya
Daendels tidak membawa pasukan baru bersamanya bahkan memakai bendera
Amerika untuk menghindari serangan atau hadangan Inggris di India.
Dengan tidak adanya pasukan yang dibawa dia segera membentuk pasukan
yang terdiri dari sebagian besar terdiri atas orang-orang Indonesia,
berjumlah dari 4000 menjadi 18000 orang (Ricklefs, 2005).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Tekanan
blockade Inggris yang berat terhadap Belanda melumpuhkan export kopi
yang merupakan salah satu sumber penghasilan yang besar. Suasana ekonomi
di bawah Daendels yang bersifat revolusioner dan diktaktor ini rusak.
Di samping itu kebencian terhadapnya datang dari semua golongan termasuk
orang-orang Eropa sendiri. Maksudnya memberantas penyelewengan dan
korupsi yang menyelimuti administrasi Eropa banyak mengalami kegagalan
(Ricklefs, 2005). Salah satu contoh tindakan Daendels yang hanya
menghasilkan kebencian adalah sebagai berikut, seperti disebutkan di
atas, bahwa Ambon masih dipertahankan oleh Belanda dalam ukuran kecil.
Di sana ditempatkan seorang colonel Perancis yang bernama Filz. Akibat
serangan Inggris itu Filz menyerah. Dia dibebaskan oleh Inggris dan
kemudian pergi ke Batavia untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya.
Hasilnya malahan colonel yang malang itu dimarahinya dan kemudian
dijatuhi hukuman mati (dengan jalan ditembak), itu merupakan perbuatan
yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan oleh seorang pemimpin
seperti Daendels. Adapun perlawanan diberbagai tempat terhadap Daendels
yang serba keras dari bangsa Indonesia antara lain ialah Banten,
Cirebon, dan Yogyakarta (Dekker, 1993).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada
1811, Thomas Stamford Raffles disertakan dalam rombongan ekspedisi ke
tanah Jawa sebagai Letnan Gubernur di bawah perintah Gubernur Jenderal
(di India) Sir Gilbert Elliot Murray-Kynyn-mond atau yang lebih dikenal
dengan nama Lord Minto, hingga 1817. Lord Minto menyukai Raffles karena
kecerdikanya, keterampilan, dan kemampuannya dalam berbahasa Melayu,
sehingga ia dikirim ke Malaka. Tidak lama setelah tiba di tanah Jawa
pasca Perancis menguasai Kerajaan Belanda, Raffles mengatur ekspedisi
melawan militer Belanda di Jawa. Penyerbuan itu dipimpin oleh Admiral
Robert Stopford, Jenderal Watherhall, Kolonel <em>Gillespie</em><sup><em><a class="sdfootnoteanc" href="http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/31/sib-masa-kepemimpinan-raffles-369262.html#sdfootnote2sym" name="sdfootnote2anc"><sup>2</sup></a></em></sup> (Raffles, 2008) dan disamping itu ikut juga Jenderal <em>Auchmuty</em><sup><a class="sdfootnoteanc" href="http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/31/sib-masa-kepemimpinan-raffles-369262.html#sdfootnote3sym" name="sdfootnote3anc"><sup>3</sup></a></sup>
dimana Kapitulasi Tuntang adalah pertanda yang secara resmi mengakhiri
riwayat Belanda-Perancis di Indonesia. Berikut mengenai isi dari
Kapitulasi Tuntang yang di tanda tangani oleh Auchmuty dari pihak
Inggris dan Janssen dari pihak Belanda, pada tanggal 18 September 1811 :</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Seluruh Jawa diserahkan kepada Inggris</span></div>
</li>
</ol>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Semua serdadu menjadi tawanan dan semua pegawai yang mau kerja sama dengan Inggris, dapat memegang jabatan terus</span></div>
</li>
</ol>
<ol style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Semua hutang-piutang pemerintah belanda yang dulu, tidak akan ditanggung oleh Inggris.</span></div>
</li>
</ol>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Seminggu
sebelum Kapitulasi Tuntang, Raffles telah diangkat sebagai Letnan
Gubernur Jenderal namun pusat kendali tetap berada di Calcuta (Dekker,
1993).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dalam
hal yang seperti ini masih ada juga perbedaan dalam penilaian terhadap
Belanda antara Lord Minto dengan Raffles. Munculnya dua aliran ini
sangat berbeda jauh yaitu aliran Lord Minto yang bersikap lunak dan
terbuka terhadap Belanda yang telah kalah dan mau mempergunakan bangunan
dan tenaga mereka kembali asalkan setia kepada Inggris, dan aliran
Raffles yang bersifat membenci terhadap apa saja yang berbau Belanda
yang dianggapnya sebagai kolot dan kejam.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Setelah
takhluknya Belanda dari tangan Inggris, kepulauan Indonesia sepenuhnya
berada di bawah control perusahaan Hindia Timur Inggris dan dibagi dalam
empat unit administratif yaitu pemerintahan Malaka, Bengkulu, Jawa,
Maluku. Dengan perubahan administratif ini Maluku sangat beruntung
karena monopoli tidak dihapus melainkan ditetapkan dengan lebih longgar,
sebab Perusahaan Hindia Timur Inggris tidak mempunyai kepentingan
financial untuk menjaga ketat sistem itu seperti Belanda (Vlekke, 2008).
Apabila dilihat sebagai kesatuan revolusi Daendels dan Raffles
sama-sama tokoh yang paling penting bagi sejarah Indonesia yaitu sebagai
pencetus revolusi penjajahan, suatu kebijakan baru yang menuntut
pelaksanaan kedaulatan dan kekuasaan administrasi Eropa di seluruh
pemerintahan Jawa yang tujuannya memanfaatkan, memperbaharui, atau
menghancurkan lembaga-lembaga asli semuanya (Rickefs, 2005).
Pemerintahan langsung rakyat oleh pejabat pemerintah yang digaji harus
menggantikan pemerintahan tidak langsung lewat perantara kepala-kepala
daerah herediter (Vlekke, 2008).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Thomas
Stamford Raffles pernah menjadi Gubernur Jenderal pada masa yang sangat
singkat di Jawa yaitu mulai tahun 1811 sampai dengan 1816. Selama
kepemimipinannya, Raffles mengubah sistem tanam paksa (<em>culture stelsel</em>)
yang diberlakukan colonial Belanda, yaitu sistem kepemilikan tanah yang
kemungkinan besar dipengaruhi oleh tulisan awal Dirk van Hogendorp,
dengan kebijakan <em>landrente</em><sup><em><a class="sdfootnoteanc" href="http://sejarah.kompasiana.com/2011/05/31/sib-masa-kepemimpinan-raffles-369262.html#sdfootnote4sym" name="sdfootnote4anc"><sup>4</sup></a></em></sup>.
Prinsip yang digunakannya berdasarkan pada teori liberalisme, seperti
yang dipraktikkan Inggris di India. Seperti dalam bidang perekonomian
dan keuangan Raffles menetapkan bahwa :</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">semua
tanah adalah milik Negara, dan rakyat sebagai pemakai (penggarap)
tanah wajib membayar sewa (berupa pajak bumi) kepada pemerintah.</span></div>
</li>
</ul>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Pemimpin pribumi seperti sultan dan bupati yang tidak taat pada peraturan <em>landrente, </em>akan dipecat.</span></div>
</li>
</ul>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Meneruskan
usaha yang dilakukan Belanda misalnya penjualan tanah kepada swasta,
serta penanaman kopi, melaksanakan penanaman bebas yang melibatkan
rakyat dalam perdagangan.</span></div>
</li>
</ul>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Memonopoli garam agar tidak dipermainkan dalm perdagangan karena sangat penting bagi rakyat.</span></div>
</li>
</ul>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Menghapus segala penyerahan wajib dan kerja rodi.</span></div>
</li>
</ul>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Dia
juga mengubah sistem berkendara di koloni Belanda menjadi sistem
berkendara seperti di Inggris yaitu memakai jalur kiri yang berlaku dan
dipakai sampai saat ini (Gus Anam’s, 2010 blog)</span></div>
</li>
</ul>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Selain menerapkan kebijakan <em>landrente,</em> dalam bidang pemerintahan Thomas Stamford Raffles juga menerapkan kebijakannya melalui :</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Membagi tanah Jawa ke dalam 16 karesidenan</span></div>
</li>
</ul>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Mengurangi jabatan bupati yang berkuasa (Raffles, 2008)</span></div>
</li>
</ul>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Mengangkat Bupati menjadi pegawai negeri yang digaji</span></div>
</li>
</ul>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Mempraktekkan sistem yuri dalam pengadialn seperti di Inggris</span></div>
</li>
</ul>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Melarang adanya perbudakan, membangun pusat pemerintahan di Istana Bogor (Gus Anam’s, 2010 blog)</span></div>
</li>
</ul>
<ul style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<li>
<div align="JUSTIFY" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0in;">
<span style="font-size: small;">Kesultanan Banten dihapuskan, kedaulatan kesultanan Cirebon harus diserahkan kepada colonial Inggris (Raffles, 2008).</span></div>
</li>
</ul>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Disamping
kebijakan-kebijakan yang telah disebutkan, Raffles juga seoarang
sarjana yang tertarik dalam Sejarah dan keadaan alam Indonesia. Yaitu
dengan membangun gedung Harmoni di jalan Majapahit Jakarta untuk lembaga
pengetahuan yang berdiri sejak tahun 1778 yang bernama Bataviaasch
Genootschap(Gus Anam’s, 2010 blog).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada
13 agustus 1814 diberlakukan konvensi London yang memuat bahwa seluruh
wilayah yang pernah dikuasai Belanda harus dikembalikan kepada pihak
Inggris tetapi tidak berlaku atas Bangka, Belitung, dan Bengkulu.
Sebenarnya Raffles tidak menerima hal ini karena kekayaan Hindia-Belanda
sanagat menguntungkan pihak Inggris, naumun ia terpaksa
menandatanganinya yang merupakan bagian dari penyusunan kembali secara
menyeluruh urusan-urusan Eropa setelah perang-perang Napoleon. Raffles
akhirnya ditarik kembali ke Inggrisdan digantikan oleh John Fendall yang
melaksanakan keputusan konvensi London sekaligus serah terimanya. Tahun
1818 Raffles kembali ke timur untuk Jabatan barunya yaitu menjadi
Gubernur Bengkulu. Setelah setahun pemerintahannya ia menggagas proyek
bernama Singapore. Proyek mercusuar ini adalah pelampiasan dari rasa
kekecewaannya karena penyerahan tanah Jawa kepada Belanda. Diapun
akhirnya terkenal sekali sebagai pendiri Singapura.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Sebelum
kepulangannya ke London, di Bengkulu Raffles mendirikan benteng Inggris
paling besar kedua di Asia Pasifik, setelah benteng utamanya di India.
Dari pendirian benteng yang permanen, kokoh dan multifungsi itu dapat
dipastikan kalau Raffles memiliki cita-cita di kawasan ini. Karena
parahnya gejolak politik yang mendera Eropa pada tahun 1823 ia terpaksa
untuk meninggalkan Sumatra. Namun Raffles sempat mewujudkan obsesinya di
Singapura dan dalam proyek botani dan satwa Hindia Timur, terutama di
pulau Sumatra. Tonggak imperalis Inggris ini menggagas pendirian Raffles
Museum di Singapura. Misinya adalah mencatat dan mendokumentasikan
binatang dan tanaman khas yang terdapat di pulau Jawa dan Sumatra
(Raffles, 2008). Salah satunya adalah jenis tanaman bunga sekaligus nama
Raffles diabadikan sebagai nama bunga itu, yaitu <em>Rafflesia Arnoldii </em>(Gus Anam’s 2010 blog)<em>.</em><span lang="id-ID">
Karena peran besar Raffles, di Simgapura akhirnya diabadikan dengan
bentuk patung atau monumuen Raffles untuk mengenang tokoh besar itu.</span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; line-height: 150%; margin-bottom: 0in; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Berakhirnya
pemerintahan Raffles karena kondisi eropa sudah tidak mendukung.
Kedudukan Napoleon telah goyah, dan Belanda telah bangkit untuk melawan
Perancis. Ujungnya terselesaikan pada 1824 yang disepakati di London.
Britania berjanji tidak akan lagi campur tangan di Sumatra atau
pulau-pulau lain di kepalauan Indonesia. Begitu juga orang Belanda
berjanji menghormati kemerdekaan Aceh, tapi sekaligus bertekad
melindungi pelayaran di sekitar ujung utara Sumatra dari
perompak-perompak Aceh. Perjanjian 1824 mengakhiri kekuasaan Britania
atas Bengkulu (Vlekke, 2008). Hingga akhirnya Nusantara kembali di bawah
kekuasaan Belanda yang dengan sistimatik menguras serta mengkulikan
penduduk Nusantara<span lang="id-ID"> seperti yang dilakukanya sebelum Inggris datang</span>.</span></div>
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="hps"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="hps"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span lang="IN" style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt; line-height: 115%;"><span class="hps"> </span></span></div>
Muhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5950209530200477819.post-85317823487065985542013-05-31T21:55:00.000-07:002013-05-31T21:55:00.514-07:00Pangeran Diponegoro<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Pangeran Diponegoro lahir pada 1785. Ia putra
tertua dari Sultan Hamengkubuwono III (1811 – 1814). Ibunya, Raden Ayu
Mangkarawati, keturunan Kyai Agung Prampelan, ulama yang sangat disegani
di masa Panembahan Senapati mendirikan kerajaan Mataram. Bila ditarik
lebih jauh lagi, silsilahnya sampai pada Sunan Ampel Denta, seorang wali
Sanga dari Jawa Timur.<span> </span>Dalam bukunya, Dakwah Dinasti Mataram, Dalam Perang Dipnegoro, Kyai Mojo dan Perang Sabil Sentot Ali Basah, Heru
Basuki menhyebutkan, bahwa saat masih kanak-kanak, Diponegoro diramal
oleh buyutnya, Sultan Hamengkubuwono I, bahwa ia akan menjadi pahlawan
besar yang merusak orang kafir. Heru Basuki mengutip cerita itu dari
Louw, P.J.F – S Hage – M nijhoff, Eerstee Deel Tweede deel 1897, Derde
deel 1904, De Java Oorlog Van 1825 – 1830 door, hal. 89.</span></span> </div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Suasana
kraton yang penuh intrik dan kemerosotan moral akibat pengaruh Belanda,
tidak kondusif untuk pendidikan dan akhlak Diponegoro kecil yang
bernama Pangeran Ontowiryo. Karena itu, sang Ibu mengirimnya ke
Tegalrejo untuk diasuh neneknya, <span> </span>Ratu Ageng di lingkungan
pesantren. Sejak kecil, Ontowiryo terbiasa bergaul dengan para petani di
sekitarnya, menanam dan menuai padi. Selain itu ia juga kerap berkumpul
dengan para santri di pesantren Tegalrejo, menyamar sebagai orang biasa
dengan berpakaian wulung. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Bupati Cakranegara yang menulis Babad Purworejo
bersama Pangeran Diponegoro pernah belajar kepada Kyai Taftayani, salah
seorang keturunan dari keluarga asal Sumatera Barat, yang bermukim di
dekat Tegalrejo. Menurut laporan residen Belanda pada tahun 1805,
Taftayani mampu memberikan pengajaran dalam bahasa Jawa dan pernah
mengirimkan anak-anaknya ke Surakarta, pusat pendidikan agama pada waktu
itu. Di Surakarta, Taftayani menerjemahkan kitab fiqih Sirat AlMustaqim
karya Nuruddin Ar Raniri ke dalam bahasa Jawa. Ini mengindikasikan,
Diponegoro belajar Islam dengan serius. (Dr. Kareel A. Steenbrink, 1984,
Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19, Penerbit Bulan Bintang Jakarta hal. 29).</span></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Dalam Babad Cakranegara disebutkan,
adalah Diponegoro sendiri yang menolak gelar putra mahkota dan
merelakan untuk adiknya R.M Ambyah. Latar belakangnya, <span> </span>untuk menjadi Raja yang mengangkat adalah orang Belanda. Diponegoro <span> </span>tidak ingin dimasukkan kepada golongan orang-orang murtad. Ini merupakan hasil tafakkurnya di Parangkusuma. Dikutip dalam buku Dakwah Dinasti Mataram:<span> </span>“Rakhmanudin
dan kau Akhmad, jadilah saksi saya, kalau-kalau saya lupa, ingatkan
padaku, bahwa saya bertekad tak mau dijadikan pangeran mahkota, walaupun
seterusnya akan diangkat jadi raja, seperti ayah atau nenenda. Saya
sendiri tidak ingin. Saya bertaubat kepada Tuhan Yang Maha Besar, berapa
lamanya hidup di dunia, tak urung menanggung dosa (Babad Diponegoro,
jilid 1 hal. 39-40).</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Perang besar</span></span></div>
<div class="MsoFootnoteText" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Dalam bukunya, Beberapa Aspek Tentang Islam di Indonesia Abad ke 19,. Kareel A. Steenbrink, mencatat, sebagian besar sejarawan menurut Steenbrink meyepakati bahwa perang Dipnegoro lebih bersifat perang anti kolonial. Beberapa sebab itu antara lain: 1. Wilayah kraton yang menyempit akibat diambil alih Belanda, 2. Pemberian kesempatan kepada orang Tionghoa untuk menarik pajak, 3. Kekurang adilan di masyarakat Jawa 4. Aneka intrik di istana, 5. Praktek sewa perkebunan secara besar-besaran kepada orang Belanda, yang menyebabkan pengaruh Belanda makin membesar, 6. Kerja paksa bukan hanya untuk kepentingan orang Yogyakarta saja tetapi juga untuk kepentingan Belanda. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Namun menurut Louw, sebab-sebab sosial ekonomis tadi dilandasi oleh alasan yang lebih filosofis yaitu jihad fi sabilillah. Hal ini diakui oleh Louw dalam De Java Oorlog Van 1825-1830, seperti dikutip Heru Basuki: <span> </span>“Tujuan
utama dari pemberontakan tetap tak berubah, pembebasan negeri
Yogyakarta dari kekuasaan Barat dan pembersihan agama daripada noda-noda
yang disebabkan oleh pengaruh orang-orang Barat.” </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Hal ini tampak dari ucapan Pangeran Diponegoro kepada Jendral De Kock pada saat penangkapannya. “Namaningsun Kangjeng Sultan Ngabdulkamid. Wong Islam kang padha mukir arsa ingsun tata. Jumeneng ingsun Ratu Islam Tanah Jawi”
(Nama saya adalah Kanjeng Sultan Ngabdulkhamid, yang bertugas untuk
menata orang Islam yang tidak setia, sebab saya adalah Ratu Islam Tanah
Jawa). (Lihat, P. Swantoro, Dari Buku ke Buku, Sambung Menyambung Menjadi Satu, (2002)).</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Kareel
A Steenbrink menyebutkan, pemikiran dan kiprah Pangeran Diponegoro
menarik para ulama, santri dan para penghulu merapat pada barisan
perjuangannya. <span> </span>Peter Carey dalam ceramahnya berjudul Kaum Santri dan Perang Jawa
pada rombongan dosen IAIN pada tanggal 10 April 1979 di Universitas
Oxford Inggris menyatakan keheranannya karena cukup banyak kyai dan
santri yang menolong Diponegoro. Dalam naskah Jawa dan Belanda, Carey
menemukan 108 kyai, 31 haji, 15 Syeikh, 12 penghulu yogyakarta dan 4
kyai guru yang turut berperang bersama Diponegoro. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Bagi sebagian kalangan, <span> </span>ini
cukup mengherankan. Sebab, pasca pembunuhan massal ulama dan santri
oleh Sunan Amangkurat I tahun 1647, hubungan santri dengan kraton
digambarkan sangat tidak harmonis. Namun Pangeran Diponegoro yang
merupakan keturunan bangsawan dan ulama sekaligus, berhasil menyatukan
kembali dua kubu tersebut.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Paduan
motivasi agama dan sosial ekonomi ini menyebabkan Perang Diponegoro
menjadi perang yang sangat menyita keuangan pemerintah kolonial bahkan
hampir membangkrutkan negeri Belanda. Korban perang Diponegoro: orang
Eropa 8.000 jiwa, orang pribumi yang di pihak Belanda 7.000 jiwa. Biaya
perang 20 juta <span> </span>gulden. Total orang jawa yang meninggal,
baik rakyat jelata maupun pengikut Diponegoro 200.000 orang. Padahal
total penduduk Hindia Belanda waktu itu baru tujuh juta orang, separuh
penduduk Yogyakarta terbunuh. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Data ini menunjukkan, <span> </span>dahsyatnya
Perang Diponegoro dan besarnya dukungan rakyat terhadapnya. Oleh bangsa
Indonesia, Pangeran Diponegoro yang dikenal dengan sorban dan
jurbahnya, kemudian diakui sebagai salah satu Pahlawan Nasional, yang
sangat besar jasanya bagi bangsa Indonesia. </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<b><span style="font-size: small;">Inilah doa </span>tawassul yang dibaca oleh pangeran Diponegoro ketika akan melawan Belanda</b></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-q0C2CuT71L4/Ual-feBAWiI/AAAAAAAAAGM/Tb26nuV71HQ/s1600/diponegoro_1.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-q0C2CuT71L4/Ual-feBAWiI/AAAAAAAAAGM/Tb26nuV71HQ/s320/diponegoro_1.jpg" width="302" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Den Siro Poro Satrio Nagari Mataram...<br /><br />
Nagarining Jawi dodot iro...
</span><span style="font-size: small;"><br /><br />
Sumimpin Watak Wantune Sayyidina Ngali...
</span><span style="font-size: small;"><br /><br />
Sumimpin Kawicaksanane Sayyidina Kasan...
</span><span style="font-size: small;"><br /><br />
Sumimpin Kekendelane Sayyidina Kusen...
</span><span style="font-size: small;"><br /><br />
Den seksenono..Hing wanci Suro...
</span><span style="font-size: small;"><br /><br />
Londo bakal den siro sirnaake soko tanah jawa...
</span><span style="font-size: small;"><br /><br />
Krana sinurung Pangribawaning poro Satrianing Mukhamad yoiku Ngali,Kasan,Kusen...
</span><span style="font-size: small;"><br /><br />
Siro podho lumaksanana yudho kairing Takbir lan Sholawat...
</span><span style="font-size: small;"><br /><br />
Yen siro gugur ing bantala...Cinondro guguring sakabate Sayyidina Kusen ing Nainawa...
</span><span style="font-size: small;"><br /><br /> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><b>Yang artinya lebih kurang adalah</b>;
</span><span style="font-size: small;"><br /><br /><span style="color: black;"> </span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="color: black;">Wahai kalian para Ksatria Negara Mataram...<br />
<br />
Negara di Jawa tempat Yang aku pegang dengan teguh..<br />
<br />
Bersama Sifat kepemimpinan Sayyidina Ali yang tegas...<br />
<br />
Bersama sifat Kepemimpinan Sayyidina Hasan yang bijaksana...<br />
<br />
Bersama Sifat Kepemimpinan Sayyidina Husein yang pemberani..<br />
<br />
Wahai semua saksikanlah.. Tunggulah nanti di bulan Asyura (Muharam)..<br />
<br />
Belanda akan kita lenyapkan dari tanah Jawa...<br />
<br />
Karena dengan kewibawaan putra-putra Muhammad (saw) yaitu Ali, Hasan dan Husein...<br />
<br />
Kita semua akan berperang dengan diiringi kalimat Takbir dan Shalawat...<br />
<br />
Jika kita gugur di medan perang... Itu adalah tanda seperti gugurnya sahabat Husein di Padang Nainawa (Karbala)...
</span></span><span style="color: black; font-size: small;"><br /><br />
Dikutip dari Babad Diponegoro, Oleh: R.Ng.Yasadipura II
</span><span style="font-size: small;"><span><span style="color: black; font-size: small;"> </span></span></span></div>
Muhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5950209530200477819.post-3983562456318735902013-05-31T21:49:00.000-07:002013-05-31T21:49:04.990-07:00Alexander the Great atau Alexander Agung<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander Agung adalah pemimpin muda dengan ambisi menguasai seluruh dunia.</span>
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander Agung dilahirkan pada tahun 356 SM di Macedonia, yang sekarang menjadi bagian dari Yunani.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dia merupakan anak penguasa Macedonia, Philip II dan istrinya Olimpias (putri dari Epirus).</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Philip II ingin anaknya menerima pendidikan terbaik dan untuk ini dia meminta Aristoteles untuk langsung mengajar Alexander.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada masa kecilnya, Alexander amat tertarik pada cerita heroik dan ingin menjadi pahlawan suatu saat nanti.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dia mendengar cerita tentang pahlawan besar seperti Achilles dan
Hercules dari ibunya. Ibunya selalu mengatakan bahwa Alexander adalah
pewaris kedua pahlawan tersebut.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Sang ibu mengatakan bahwa Achilles adalah nenek moyang Alexander dan Hercules adalah leluhur ayahnya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander menjadikan Achilles sebagai model yang kelak ingin
ditirunya. Ayahnya juga mendorong dia untuk melakukan sesuatu yang
heroik dan menang dalam banyak pertempuran sehingga namanya akan ditulis
dalam tinta emas dalam sejarah.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Karena menerima pendidikan dari Aristoteles, tidak mengherankan jika Alexander mencapai tingkat kematangan di usia awal.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dia terpesona dengan karya Homer. Aristoteles menggunakan segala cara yang mungkin untuk mengajarinya berbagai hal.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander belajar bagaimana berpikir secara politis, bagaimana
mengembangkan strategi, dll. Selain itu, dia juga terus menempa fisik
agar menjadi prajurit yang tangguh.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada saat remaja, ayahnya Philip II ingin menikah dengan seorang putri muda dan bermaksud meninggalkan ibu Alexander.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander tidak senang dengan keputusan ini dan kemudian melarikan diri dari Macedonia.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dia tidak mau berbicara dengan ayahnya, tetapi tetap terus berhubungan dengan Macedonia.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pada akhirnya Alexander menjadi raja di usia yang sangat muda (20 tahun) setelah ayahnya terbunuh secara misterius.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Setelah menjadi raja Macedonia, Alexander hanya memiliki satu tujuan dalam hidupnya yaitu menguasai seluruh dunia.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dia memulai penaklukannya dengan mengalahkan Persia (sekarang dikenal
sebagai Iran). Penaklukan ini dianggap sebagai salah satu kisah heroik
paling sukses dalam sejarah.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander Agung memimpin pasukan sekitar 35.000 tentara dan
menghadapi senjata mematikan dari Persia, namun tetap berhasil meraih
kemenangan besar.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Kemenangannya membuka jalan bagi penaklukan selanjutnya. Alexander
Agung melanjutkan perjalanan penaklukannya ke sepanjang pantai Suriah,
kemudian ke Phoenicia dan Tyre.</span></div>
<div style="float: none; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 12px 0px; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-wvouH_VbCO8/Ual8zFrezKI/AAAAAAAAAF8/hiBghAnZz4c/s1600/220px-AlexanderTheGreat_Bust.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-wvouH_VbCO8/Ual8zFrezKI/AAAAAAAAAF8/hiBghAnZz4c/s1600/220px-AlexanderTheGreat_Bust.jpg" /></a></div>
</span></div>
<div style="float: none; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin: 12px 0px; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pertempuran Tyre dianggap sebagai salah satu yang bersejarah. Lebih
lanjut, dia menuju Gaza dan menaklukkannya dalam waktu tiga bulan.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander Agung kemudian menguasai Mesir yang diperintah oleh penguasa Persia Raja Darius.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander kemudian terlibat lagi dalam salah satu pertempuran yang
paling terkenal dalam sejarah. Dia dan pasukannya bertempur melawan
pasukan besar Persia pada tahun 331 SM.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dia kemudian menaklukkan kota Babilonia dan juga merebut kota-kota Persia seperti Susa dan Persepolis.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pasukannya menjarah harta seperti emas dan perak dari kota-kota yang
telah ditaklukkan. Harta ini digunakan sebagai hadiah sekaligus untuk
membiayai pasukan yang telah bertempur selama beberapa bulan.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander Agung menjual semua orang yang ditangkap dari kota-kota
Persia yang ditaklukkan sekaligus membakar Persepolis sebagai pembalasan
atas tindakan Persia membakar Athena pada tahun 480 SM.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Raja Darius dari Persia akhirnya dibunuh oleh pasukannya sendiri
sehingga Alexander Agung menjadi satu-satunya orang kuat yang bisa
menguasai Asia.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander Agung kemudian berbalik ke wilayah Asia Selatan dan melihat Afghanistan sebagai target.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Dia masuk Bactria dan Sogdiana, di balik pegunungan Hindu Kush, kemudian terus maju hingga Sungai Jaxartes.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander Agung lantas menikahi putri seorang konglomerat Sogdiana
bernama Roxane. Ketika berada di Sordiana, dia membunuh teman dekatnya
saat mereka mabuk dan terlibat pertengkaran.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Pasukannya tidak senang dengan perbuatan Alexander yang membunuh
orang-orangnya sendiri. Untuk menenangkan masalah ini, Alexander
mengeksekusi beberapa orang lagi.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander kemudian memalingkan wajahnya ke arah sub-benua India pada
tahun 326 SM. Di India, dia mengalahkan seorang pangeran India bernama
Porus.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Kisah pertempuran antara Porus dan Alexander Agung sangat terkenal di
India. Dia ingin bergerak maju dan menguasai seluruh India, namun
pasukannya telah lelah bertempur dan ingin pulang.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander tidak bisa melawan keinginan pasukannya dan akhirnya berlayar menyusuri Sungai Indus ke muaranya.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Alexander menderita malaria dan meninggal pada tanggal 13 Juni tahun 323 SM ketika baru berusia 33 tahun.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Tubuhnya ditempatkan dalam sebuah peti emas dan dibawa ke Memphis, di
Mesir. Di kemudian hari tubuhnya dipindahkan ke Alexandria dan
ditempatkan di sebuah makam yang indah.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Putra satu-satunya Alexander yang lahir setelah kematiannya dibunuh oleh orang-orangnya sendiri.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif;">Kerajaannya lantas dibagi menjadi banyak bagian oleh para ksatrianya yang menginginkan kekuasaan untuk diri mereka sendiri.</span></span></div>
Muhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5950209530200477819.post-59896745572493368572013-05-31T21:42:00.002-07:002013-05-31T21:42:52.912-07:00Mahatma Gandhi<br />
<div style="clear: left; float: left; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;">
<span style="font-size: 85%;"></span><span style="font-size: small;"><span>Mahatma
Gandhi, tokoh dunia penakluk kekerasan asal India itu memang sudah
wafat 30 Januari 1948 silam.Akan tetapi kehidupannya yang penuh
nilai-nilai keluhuran budi manusia tetap relevan, terutama bagi kita
bangsa Indonesia yang mengalami krisis multidimensi. Kehidupannya yang
sederhana itu penuh keteladanan.</span></span></div>
<br />
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Bahwa
bicara hidup sederhana tidak bisa melupakan Mahatma Gandhi bukanlah
sikap yang berlebihan. Itu karena kita, bangsa Indonesia, dihadapi
kenyataan langkanya sosok pemimpin di sekitar kita yang hidup dengan
sederhana.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Kita
mengalami krisis keteladanan dengan ketiadaan pemimpin yang hidup
sederhana, apalagi berharap menemukan seseorang yang menyerupai Gandhi,
sang mahatma (Jiwa Agung), yang lebih dari sekadar sederhana, ia juga
mengorbankan dirinya dengan hidup ikhlas penuh penderitaan demi
keberhasilan perjuangan melawan penjajah Inggris.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Selain
dikenal sebagai tokoh penganjur perdamaian dan anti kekerasan, dunia
mengakuinya sebagai pemimpin yang menghindari apa yang disebutnya
sebagai kesenangan sesaat terhadap harta, kekuasaan dan wanita. Sikapnya
itu tampak dari kehidupan kesehariannya hingga akhir hayat.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Gelar
“mahatma” diberikan rakyatnya karena sikap hidupnya yang terpuji. Hal
itu terwujud dalam pikiran, ucapan dan tindakannya yang satu kata dengan
perbuatan. Dengan tubuh kecil, bergigi ompong dan tubuh hanya dibalut
selembar kain putih, Mahatma Gandhi atau yang oleh bangsa India
dipanggil bapu (bapak kecil), pemimpin Kongres Nasional India terbesar
di India itu mengejutkan banyak orang di berbagai belahan dunia karena
sikapnya yang tidak berubah, yakni menolak tawaran menjadi Presiden
India setelah berhasil memperjuangkan kemerdekaan India. Ia juga menolak
fasilitas negara yang diberikan kepadanya selaku pemimpin kongres.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Stanley
Wolpert, penulis biografi Gandhi dalam bukunya Gandhi’s Passion, The
Life and Legacy of Mahatma Gandhi mencatan tokoh pemimpin berpengaruh
di dunia itu selalu menolak bepergian dengan mobil. Ia kerap memilih
berjalan kaki atau menumpang kereta kelas tiga. Ia tidak sedikitpun
tergoda dengan harta ketika mendapati diri berada di puncak kekuasaan
tertinggi di India.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Untuk
menderita dan mengalami kehidupan sebagaimana kehidupan para petani dan
orang tanpa kasta atau termiskin di India, Gandhi meninggalkan nasib
baiknya terlahir sebagai anak seorang pejabat India yang secara ekonomi
tergolong kaya. Ia meninggalkan rumahnya yang nyaman demi menikmati
kehidupannya yang selalu berpuasa dan berkorban untuk kepentingan
rakyat, sekalipun dengan perbuatan itu ia dianggap sebagai orang gila.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>“Saya
percaya bahwa jika India, dan kemudia seluruh dunia, ingin mendapatkan
kebebasan yang sebenarnya, maka…..Kita harus pergi dan tinggal di
desa-desa, di gubug-gubug, bukan di Istana,” pesan Gandhi suatu hari
kepada Perdana Menteri India Jawaharlal Nehru. Gandhi berusaha
meyakinkan Nehru tentang pentingnya hidup sederhana.</span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
</div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Bagi
Gandhi, hidup sederhana adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan
India dari kehancuran akibat perang dan perebutan kekuasaan. Gandhi
menjalani hidup sederhana karena keyakinannya yang dalam akan manfaat
hidup sederhana, baik bagi pribadi setiap orang, bagi sebuah keluarga,
maupun bagi masyarakat bangsa di setiap negara di dunia. Pengaruh dari
teladan hidup sederhana Gandhi telah mengakibatkan perubahan besar dalam
pola hidup masyarakat India saat itu.</span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span> </span><span>Nehru, Perdana Menteri India, menyebut
Gandhi sebagai tokoh terbesar India setelah Gautama, sang Buddha. Ketika
diminta untuk mengomentari tentang Gandhi, Einstein mengatakan: "Pada
saatnya akan banyak orang yang tak percaya dan takjub bahwa pernah hidup
seorang seperti Gandhi di muka bumi". Winston Churchill, Perdana
Menteri Inggris, menyebutnya 'Naked Fakir'.<br />Siapa sesungguhnya laki-laki yang banyak menimbulkan kekaguman ini? <span style="text-decoration: none;"></span><br /><br /> </span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-size: small;"><a href="http://2.bp.blogspot.com/-YbtvsNSzLwk/Ual6-lSLMOI/AAAAAAAAAFk/Mr-MuFJUn2k/s1600/b13+mahatma_gandhi21.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-YbtvsNSzLwk/Ual6-lSLMOI/AAAAAAAAAFk/Mr-MuFJUn2k/s320/b13+mahatma_gandhi21.jpg" width="233" /></a></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Mohandas
Karamchand Gandhi lahir pada tahun 1869 dan hidup hampir di sepanjang
separuh abad ke-Dua Puluh. Terlahir di Gujarat, India dan tinggal
beberapa tahun di Inggris, di mana ia belajar tentang hukum, serta di
Afrika Selatan, di mana ia sempat berkarir sebagai pengacara. Ia kembali
ke India dari Afrika Selatan untuk bergabung dengan Gerakan Pembebasan
menentang penguasa Inggris.<br /><br />Gandhi merupakan seorang yang sejak
usia dini, sangat menghayati kehidupan dan selalu mempertanyakan tentang
nilai-nilainya. Ia menjalani dan menghayati hidupnya. Di setiap
kesempatan, ia selalu mencari jawaban atas banyak pertanyaan-pertanyaan
dalam berbagai hal. Ia memberi judul autobiografinya Pengalamanku
tentang Kebenaran. Nyatanya, sepanjang hidupnya ia habiskan untuk
mencari kebenaran dan terus berusaha menemukan jawaban serta menerapkan
dalam kehidupannya sehari-hari. </span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Ia mengawali karirnya sebagai
seorang pengacara di Afrika Selatan, di mana ia menemukan berbagai
persoalan rasial untuk pertama kalinya. Suatu ketika, dalam perjalanan
di atas kereta api menuju Pretoria, Gandhi diminta meninggalkan kursi
penumpang kelas satu yang ditumpanginya meskipun ia telah membayar
tiketnya. Kondektur kereta yang berkulit putih itu dengan sinis
mengatakan bahwa selain orang kulit putih tidak diperkenankan menempati
kursi kelas utama. Tetapi Gandhi menolak dan bersikeras untuk tetap
menempati kursi yang telah dibayarnya itu. Karena penolakan ini, sang
kondektur menurunkannya di sebuah stasiun kecil.<br /><br />Konon, itulah
salah satu kejadian yang kemudian membuatnya selalu berjuang untuk
keadilan. Dia selalu mencontohkan bahwa kita dapat melawan ketidak
adilan tanpa melakukan kekerasan. Semasa di Afrika Selatan-lah Gandhi
mulai mengembangkan idenya yang disebut Ahimsa atau anti-kekerasan, dan
mengajarkan orang-orang India yang hidup di sana bagaimana menerapkan
Ahimsa untuk mengatasi berbagai ketidak adilan yang mereka alami. Metode
yang disebut juga sebagai perlawanan pasif atau anti-bekerjasama dengan
mereka yang melakukan ketidak-adilan. Gandhi yakin bahwa, dengan
menolak-bekerjasama, si oknum akhirnya akan menyadari kesalahannya dan
kemudian menghentikan sikap tak adilnya.<br /><br />Gandhi berhasil dalam
berbagai usaha yang dilakukannya di Afrika Selatan. Namun, tiba juga
saatnya ia mesti kembali ke India yang sedang marak oleh berbagai
Gerakan Pembebasan dari Penguasa Inggris. Ia merasakan sudah menjadi
kewajibannya untuk bergabung dan berkontribusi untuk sebuah cita-cita
India merdeka. Gandhi meminta kepada pengikutnya di India untuk
melaksanakan ajaran-ajaran Ahimsa dan menunjukkan betapa ajarannya
tersebut dapat menjadi bagian dari perjuangan kemerdekaan India.<br /><br /> </span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-RsHaaFQk6rY/Ual7iTQNerI/AAAAAAAAAFs/slQnS9yTB7g/s1600/Young+Mahatma+Gandhi+Portrait.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://4.bp.blogspot.com/-RsHaaFQk6rY/Ual7iTQNerI/AAAAAAAAAFs/slQnS9yTB7g/s320/Young+Mahatma+Gandhi+Portrait.jpg" width="252" /></a></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span>Sementara
Pergerakan terus berlangsung, Gandhi tetap melanjutkan pencariannya
akan kebenaran dan merancang strategi yang sesuai untuk menghadapi
musuh. Ia menyebutnya Satyagraha - Penegakan Kebenaran. Gandhi yakin
bahwa dengan melihat penderitaan seseorang yang menegakkan kebenaran
akan memberi pengaruh dan akan menyentuh nurani pelaku kesewenangan
(musuh). Satyagraha kemudian dijalankan secara luas dan efektif dalam
perjuangan kemerdekaan. Perjuangan ini akhirnya mencapai satu titik
dimana Inggris tak sanggup bertahan menentang ribuan massa rakyat yang
menetangnya, aksi-damai yang menuntut kemerdekaan. Betapapun, Gandhi
yakin kepada setiap usaha dan perjuangan yang dilakukan oleh mereka yang
dibimbing langsung olehnya dalam menjalankan Satyagraha, dan karena
ajaran dan pelatihan Satyagraha inilah perjuangannya membawa hasil.<br /><br />Gandhi
masih berkesempatan menyaksikan India merdeka dari penjajahan Inggris,
namun ia amat sedih menyaksikan pertikaian antara Muslims dan Hindu,
juga kepada ribuan rakyat yang menjadi korban Pemisahan (Partition)
India-Pakistan. Keyakinannya atas <i>Persaudaraan Umat Manusia (The Brotherhood of Man)</i>
tetap tak tergoyahkan, sejak lama ia memang menolak rencana Pemisahan
(Partition), meski akhirnya tetap terjadi. India kini terpisah menjadi
India dengan kelompok mayoritas Hindu sekular, dan Pakistan dengan
masyarakatnya yang mayoritas Muslim, yang kemudian juga terbagi menjadi
Pakistan Timur dan Pakistan Barat. Di akhir hayatnya Gandhi berduka
karena ajaran Satyagraha–nya tak mampu mencegah kebencian antara Hindus
dan Muslim yang berakibat terbelahnya India. Tahun 1948, Gandhi tewas
terbunuh di rumah ibadah oleh seorang Hindu fanatik yang tak setuju
dengan paham The Brotherhood of Man yang dipimpinnya</span></span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Ia
mengawali karirnya sebagai seorang pengacara di Afrika Selatan, di mana
ia menemukan berbagai persoalan rasial untuk pertama kalinya. Suatu
ketika, dalam perjalanan di atas kereta api menuju Pretoria,
Gandhi diminta meninggalkan kursi penumpang kelas satu yang
ditumpanginya meskipun ia telah membayar tiketnya. Kondektur kereta yang
berkulit putih itu dengan sinis mengatakan bahwa selain orang kulit
putih tidak diperkenankan menempati kursi kelas utama. Tetapi Gandhi
menolak dan bersikeras untuk tetap menempati kursi yang telah dibayarnya
itu. Karena penolakan ini, sang kondektur menurunkannya di sebuah
stasiun kecil.</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;">Konon, itulah salah
satu kejadian yang kemudian membuatnya selalu berjuang untuk keadilan.
Dia selalu mencontohkan bahwa kita dapat melawan ketidak adilan tanpa
melakukan kekerasan. Semasa di Afrika Selatan-lah Gandhi mulai
mengembangkan idenya yang disebut Ahimsa atau anti-kekerasan, dan
mengajarkan orang-orang India yang hidup di sana
bagaimana menerapkan Ahimsa untuk mengatasi berbagai ketidak adilan
yang mereka alami. Metode yang disebut juga sebagai perlawanan pasif
atau anti-bekerjasama dengan mereka yang melakukan ketidak-adilan.
Gandhi yakin bahwa, dengan menolak-bekerjasama, si oknum akhirnya akan
menyadari kesalahannya</span></div>
<div style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span><span lang="IN">Ketika
PD II pecah, Partai Kongres dan Gandhi tidak mendukung Inggris kecuali
India di beri kemerdekaan secara penuh. Kemerdekaan India akhirnya
disetujui sengan syarat dua kelompok nasionalis, kelompok muslim dan
partai Kongres bisa mengatasi perbedaan mereka. Gandhi awalnya menolak
pemisahan India, tapi akhirnya setuju agar perdamaian dapat terwujud.
Kelompok muslim kemudian diberi kemerdekaan dengan berdirinya negara
Pakistan sehingga sejak tahun 1947, Pakistan dan India menjadi negara
yang terpisah. </span></span></span></div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><br /></span>
</div>
<div class="MsoNormal" style="font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: small;"><span><span lang="IN">Pemisahan
India-Pakistan menuai protes dan berbuntut pada kerusuhan. Gandhi terus
menghimbau kelompok Hindu dan Muslim untuk hidup rukun dan damai.
Ketika kerusuhan melanda Kalkuta, ia menjalankan puasa sampai kerusuhan
berhenti. Begitu juga ketika terjadi kerusuhan New Delhi, ia pun
berpuasa untuk mewujudkan perdamaian. Tanggal 30 Januari 1948, ketika ia
akan bersembahyang, seorang Hindu Fanatik-Nathuram Godse-membunuhnya.</span></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="clear: both; margin: 10px 0;">
<center>
<ins style="border: none; display: inline-table; height: 280px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 336px;"><ins id="aswift_0_anchor" style="border: none; display: block; height: 280px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 336px;"><br /></ins><ins id="aswift_0_anchor" style="border: none; display: block; height: 280px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 336px;"><br /></ins></ins>
</center>
</div>
<span style="font-size: 85%;"> </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 10.0pt;"> </span>Muhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5950209530200477819.post-73894366719080940232013-05-31T21:23:00.004-07:002013-05-31T21:32:27.480-07:00Gubernur Jendral Paling Kejam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;">
<img height="320" id="irc_mi" src="http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/6/6e/Jan_Pieterszoon_Coen_by_Jacob_Waben.jpg" style="margin-top: 0px;" width="237" /></div>
<br />
<br />
<div style="color: black;">
<br /></div>
<div style="clear: right; color: black; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;">
<br /></div>
<div style="color: black;">
<br /></div>
<div style="color: black; text-align: center;">
<i><b>Gubernur Jendral J.P. COEN (1587-1629), -Adalah BAJINGAN PALING BESAR, — Kata Hati Nurani Orang Belanda</b></i></div>
<div style="color: black; text-align: center;">
<i><b><br />
</b></i></div>
<div style="color: black; text-align: center;">
<i><b><br />
</b></i></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<b>(1587-1629)</b>Kalimat-kalimat diatas adalah
pernyataan orang Belanda sendiri. Begitulah cetusan isi hati nurani orang
Belanda yang mau tau, dan merespek sejarah hubungan Indonesia-Belanda.
Yang mau mengakui fakta-fakta sejarah sebagaimana apa adanya.
Khususnya yang bersangkutan dengan masa berkuasanya VOC di Nusantara
di bawah gubernur jendral</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Semua itu (penulisnya, Eric van de Beek) bisa dibaca di s.k nasional
Belanda, “ De Volkskrant”, 12 Juli 2011. Ditambahkannya pula,
‘iemand als Coen hoor je niet te eren’. Terjemahan bebas: ‘Orang
seperti Coen tak patut dihormati’. Tambah lagi “De tijdomstandigheden
waren geen verzachtende omstadigheden voor de massamoordenaar J.P.
Coen’. Artinya, ‘Situasi ketika itu, bukanlah sesuatu yang (bisa)
meringankan bagi seorang pembantai-massal seperti J.P. Coen’. Eric Van
de Beek menegaskan, ‘sejarah tanah air kita, tak mengenal bajingan
yang lebih besar lagi’ (maksudnya tak ada bajingan yang lebih besar
selain JP Coen).</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Van de Beek menulis kata-kata seperti tsb diatas terdorong oleh
kejengkelannya serta kritik keras pada Dewan Perwakilan Gemeente Hoorn,
Holland, yang menolak permintaan dan petisi sebagian masyarakat yang
menuntut agar patung mantan gubernur jendral VOC J.P. Coen di tengah
kota Hoorn itu, disingkirkan dari situ. Dianggap mencemarkan nama (baik)
bangsa Belanda. Patung tsb didirikan oleh Gemeente Hoorn sebagai
kenangan ulangtahun ke-300 J.P. Coen.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Mengapa Coen dinyatakan telah mencemarkan nama baik bangsa Belanda?
Tulis Eric van de Beek: Dia (Coen) mendirikan kota Batavia dengan
terlebih dahulu membakar habis kota Jayakarta. Ia (Coen) melakukan
pembantaian masal di kepulauan Banda. Hampitr keseluruhan 15.000
penduduk kepulauan Banda habis dibunuh. Coen sendiri mengakuinya,
tulisnya: ‘De inboorlingen sijn meest allen dood door den oorloch,
aarmoede ende gebreck vergaen. Zeer weynich isse in de omliggende
eilanden ontcomen’.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Sesungguhnya, sebelum dibangunnya patung Coen di tengah kota Hoorn,
hal itu sudah menjadi masalah. Pada tahun 1887, seorang historikus
Belanda bernama J. A Van der Chijs. Menulis a.l sbb: Saya ragukan
apakah (dibangunnya patung JP Coen) masih akan diteruskan. (Karena)
pada namanya melekat darah.’ Namun, 6 tahun kemudian (1893) patung
Coen ( yang sialan itu) berdiri juga di tengah kota Hoorn. Setelah
berdirinya patung Coen disitu, banyak protes diajukan masyarakat. Tidak
sedikit tulisan dan petisi yang dimuat di pers yang memprotes
keberadaan patung JP Coen di tengah kota Hoorn. Tetapi politisi dan
penguasa kota Hoorn berkeras-kepala mempertahankannya. Hal mana
menunjukkan bahwa pengaruh dan kekuatan politik konservatif masih
kokoh dikalangan penguasa Belanda, termasuk di kotapraja Hoorn.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Demonstrasi-demonstrasi diadakan dan bahkan patung Coen disirami cat
dsb. Menunjukkan ketidak-relaan dan kemarahan masyarakat Hoorn.
Mengapa ‘bajingan pembunuh masal’ JP Coen diberikan penghormatan dengan
mendirikan patungnya di tengah kota Hoorn. Eric van de Beek: ‘Seorang
pembunuh masal tidak patut dihormati, dengan mendirikan patungya
dipusat kota kita’.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Direktur Musium Westfries menyatakan di RTL-Nieuws: ; Dia (Coen)
adalah seorang yang kejam. Tetapi dia(Coen) bukan satu-satunya orang
yang begitu’. Dengan keluhan berat Eric van de Beek menutup tulisannya
sbb: ‘Sebuah kota Hoorn dengan patung yang diperuntukkan bagi seorang
penjagal-manusia seperti JP Coen: Ini suatu bahan (pemikiran)bagi para
akhli ilmu jiwa’</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
* * *</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Ketika bicara di pertemuan di LIPI, Jakarta, 21 Juni y.l.,
menyinggung masalah hubungan Indonesia-Belanda, yang dikemukakan oleh
Asvi Warman Adam, aku nyatakan bahwa Jan Pieterszoon Coen (1587-1629),
gubernur jendral VOC yang menguasai negeri kita dulu, adalah p e r a m
p o k, yang dengan kapal dan tentaranya datang ke Indonesia untuk
merampok kekayaan rempah-rempah kita. Selanjutya JP Coen menjadi
penguasa Nusantara, dengan bersandar pada armada dan tentara VOC-nya.
Tidak kebetulan tentara KNIL di periode kolonial oleh masyarakat kita
disebut tentara KUMPENI, maksudnya compagnie, VOC.<span id="more-1298"></span></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Kukemukakan, bahwa catatan mengenai kekejaman JP Coen di Indonesia
dulu, jelas sekali dikemukakan dalam buku sejarawan Herman Burgers
(2010), “De Garoeda en De Ooievaar”.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Memang, hubungan Indonesia-Belanda benar-benar sebentar “mesra”
sebentar “kecut”. Suatu ‘hate and love relation’. Sebab utama dari
keadaan seperti itu semata-mata disebabkan oleh ‘ulahnya’ fihak
penguasa di Den Haag sendiri. Bila tokh dikatakan ada masa ‘love
relation’ antara Indonesia dan Belanda, maka itu kemungkinan besar,
terjadi pada periode rezim Orde Baru.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Di saat itu rezim Orba mengembalikan semua modal, perusahaan dan
‘milik’ Belanda lainnya, seperti perkebunan-perkebunan, yang sebelumnya
dinasionalisasi oleh pemerintahan Presiden Sukarno.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
* * *</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Tidak usahlah kita singgung lagi sementara ini, mengenai periode pra
kemerdekaan Indonesia, pada zaman kolonialisme Belanda. Kita batasi
saja sejak berakhirnya Perang Pasifik, dengan kemenangan Sekutu
(A,B,C,D – yaitu America, Britain, China dan Dutch) atas Kerajaan
Jepang. Belanda menganggap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, —
berdirinya negara Republik Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945,
sebagai suatu ‘pelanggaran’ terhadap ‘kedaulatan’ Kerajaan Belanda,
yang meliputi Hindia Belanda (Indonesia).</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Republik Indonesia, oleh Belanda dianggap sesuatu yang ilegal, di
luar hukum. Karena melanggar Konstitusi Kerajaan Belanda. Presiden RI,
Sukarno, menurut Belanda, adalah kolaborator Jepang. Maka RI adalah
ciptaan dan boneka Jepang. Lalu Den Haag mengirim Van Mook (dari
Australia) yang diangkat jadi Letnan Gubernuir Jendral Hindia
Belanda, dengan tentara NICA-nya. Dimulailah ‘konflik’ pertama pasca
Perang Pasifik, di Indonesia. Yaitu antara Republik Indonesia versus
Kerajaan Belanda yang berkeras hendak mempertahankan statusquo.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Selama periode selanjutnya tak pernah ada hubungan ‘bersahabat’ yang
‘hangat’ antara Indonesia dan Belanda. Ada saja soalnya, Misalnya
keterlibatan Belanda dengan kudeta Kapten Westerling yang pakai nama
‘Ratu Adil’. Aksi-aksi subversi dan kemudian yang terpanjang masa
‘kecut’ dalam hubungan Indonesia –Belanda, disebabkan oleh politik
Belanda yang bersikeras hendak terus menguasai Irian Barat.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
* * *</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Setelah Reformasi (1998), — masih tetap ada ganjelan itu. Antara
lain yang terpenting ialah, mengenai masalah HARI MERDEKANYA INDONESIA.
Belanda bertahan pada sikapnya, bahwa Indonesia menjadi negeri
merdeka,</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<b>s e t e l a h</b></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Ada serentetan masalah lainnya, antara lain bermukimnya ‘pemerintah
RMS (Republik Maluku Selatan), di Belanda, padahal Belanda hanya
mengakui dan punya hubungan diplomatik dengan negara Republik
Indonesia. Sehingga kasus ini sempat menjadi kendala kunjungan Presiden
Republik Indnesia, S.B Yudhoyono, ke negeri Belanda.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Menelusuri perkembangan hubungan Indonesia-Belanda, bisa disaksikan
bahwa di Belanda (terutama di kalangan yang berkuasa) masih berkuasa
pandangan kolot tentang peranan kolonialisme Belanda di Indonesia,
tentang peranan VOC dan tentang harijadi Republik Indonesia, 17
A|gustus 1945.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Bersamaan dengan itu tumbuh terus pandangan yang obyektif dan
realis di kalangan cendekiawan dan pakar sejarah Belanda, seperti
antara lain tercermin dalam tulisan Eric van de Beek dan buku sejarah
hubungan Indonesia-Belanda yang ditulis oleh sejarawan Herman Burgers.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<b> Jan Pieterszoon Coen</b> (lahir di Hoorn, Belanda, 8 Januari 1587 – meninggal di Batavia, 21 September 1629 pada umur 42 tahun) adalah Gubernur-Jenderal Hindia-Belanda yang keempat dan keenam. Pada masa jabatan pertama ia memerintah antara tahun 1619 – 1623, masa jabatan yang kedua berlangsung antara tahun 1627 – 1629. </div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
JP Coen lahir di Hoorn pada tahun 1586 atau 1587. Tanggal kelahirannya kurang jelas, yang jelas ialah bahwa ia dibaptis pada tanggal 8 Januari 1587 sebagai putra Pieter Janszoon. Pada usia ke 13 ia dikirim ayahnya ke Roma. Disana ia magang pada seorang pedagang Flandria, Belgia bernama Joost de Visscher. Di Roma ia tinggal selama 6 tahun. Selain belajar dagang, ia juga belajar berbagai macam bahasa.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml>
<w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true"
DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99"
LatentStyleCount="267">
<w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false"
UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/>
<w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/>
</w:LatentStyles>
</xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]>
<style>
/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:"Table Normal";
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:"Times New Roman";
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
</style>
<![endif]-->
</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Pada tahun 1607 ia kembali ke Hoorn lalu pada tanggal 22 Desember
pada tahun yang sama ia berangkat ke Hindia. Pada kesempatan ini ia diberi nama
<b>Coen</b>. Ia kembali lagi pada tahun 1610. Pada perjalanan pertamanya ke
Hindia tidak banyak yang diketahui selain bahwa atasannya, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Pieter
Willemszoon Verhoeff</span> konon dibunuh orang Banda saat negosiasi
pembelian rempah-rempah. Hal ini bisa jadi memicu kekejian Coen dalam
menghadapi orang Banda pada masa depan.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Lalu di Banten, pada usia 31 tahun,
pada tanggal 18 April 1618, ia diangkat menjadi <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Gubernur-Jenderal</span>.
Akan tetapi baru pada 21 Mei 1619 ia resmi memangku jabatan tersebut dari
Gubernur Jenderal sebelumnya, Laurens Reael. Setelah menjadi Gubernur-Jenderal,
ia tidak tahan terhadap orang Banten dan orang Inggris di sana, maka iapun
memindahkan kantor Kompeni ke Jakarta, di mana ia membangun pertahanan. Pada
tanggal <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">30 Mei</span>
<span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1619</span> dia menaklukkan
Jayakarta dan namanya diubah menjadi <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Batavia</span>
(Batavieren).</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Sementara itu orang-orang Inggris
tidak diam, mereka marah atas perlakuan orang Belanda terhadap orang Inggris di
Maluku. Sebagai dendam mereka merebut sebuah kapal Belanda <i>De Swarte Leeuw</i>
yang berisi penuh dengan muatan. Maka setelah itu pertempuran antara kedua kubu
pun dimulai. J.P. Coen sebagai pemimpin Belanda, bisa memenangkan pertempuran
melawan orang Inggris. Setelah menang melawan Inggris, ia merusak Jakarta dan
membangun benteng Belanda di kota itu. Di atas puing-puing kota Jakarta ia
membangun kota baru yang dinamakannya menjadi <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Batavia</span>.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Kemudian pada tahun <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1623</span>, ia menyerahkan
kekuasaan kepada <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Pieter de Carpentier</span> dan ia sendiri pulang
ke Belanda. Oleh pimpinan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Kompeni</span> (<span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">VOC</span>)
ia disuruh kembali ke Hindia dan menjadi Gubernur-Jenderal kembali. Maka iapun
datang pada tahun 1627. Pada masa jabatannya kedua ia terutama berperang
melawan Kesultanan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Banten</span>
dan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Mataram</span><a href="http://./">.</a>
Mataram menyerang Batavia dua kali, yaitu pada tahun <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1628</span> dan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1629</span>. Kedua-duanya gagal,
tetapi Coen tewas secara mendadak pada tanggal <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">21 September</span>
<span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1629</span>, empat hari setelah
istrinya, <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Eva Ment</span>,
melahirkan seorang putri yang juga meninggal.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
J.P. Coen dikenang sebagai
pendiri <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Hindia-Belanda</span> di Belanda. Namanya banyak
dipakai sebagai nama-nama jalan dan bahkan di <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Amsterdam</span>
ada sebuah gedung yang dinamai dengan namanya (<i>Coengebouw</i>). Sebaliknya,
di Indonesia ia terutama dikenal sebagai seorang pembesar <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Kompeni</span>
yang kejam.</div>
<div style="color: black; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; text-align: justify;">
Jan Pieterszoon Coen meninggal di
Batavia pada tanggal <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">21 September</span> <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1629</span>. Terdapat 2 versi
yang berbeda mengenai penyebab kematian Coen. Menurut versi <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Belanda</span>,
Coen meninggal karena <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">kolera</span> yang kini lebih dikenal dengan <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">muntaber</span> (muntah berak),
sedangkan versi lainnya meyakini bahwa kematian Coen akibat serangan bala
tentara Sultan Agung dari Mataram. Dari kedua
versi ini kemudian diyakini bahwa Coen meninggal karena terjangkit wabah kolera
yang sengaja disebarkan oleh pasukan Mataram di <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Sungai
Ciliwung</span> setelah peristiwa <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Serangan Besar di Batavia</span> tahun <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1628</span>.</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Untuk mengenang Gubernur
Jenderal Jan Pieterzoon Coen, pemerintah kolonial Belanda telah mendirikan
sebuah monumen dan patung pendiri Kota Batavia itu. Gubernur Jenderal VOC
(1619-1623 dan 1627-1629) ini, dibuat patungnya pada <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1869</span>, bertepatan dengan
250 tahun usia kota Batavia oleh Gubernur Jenderal <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Pieter Mijer</span>
(<span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1866</span>-<span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1872</span>). Patung Coen yang
berdiri dengan angkuh sambil menunjuk jari telunjuknya dengan mottonya yang
terkenal: <i><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Dispereet Niet</span></i>
("pantang berputus asa").</div>
<div style="color: black; text-align: justify;">
Setelah berdiri selama 74
tahun di depan Gedung Putih yang kini jadi Gedung <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Departemen Keuangan</span> di
Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, patung dari tembaga ini pun digusur dan
dihancurkan pada <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">7 Maret</span>
<span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1943</span> selama pendudukan<a href="http://www.blogger.com/goog_593844284"> </a><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Jepang</span><a href="http://./">.</a> Di masa
<span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">kolonial
Belanda</span>, ulang tahun Jakarta selalu diperingati pada 30 Mei,
ketika di tanggal tersebut tahun <span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">1619</span>, Coen menghancurkan<a href="http://www.blogger.com/goog_593844268"> </a><span style="color: windowtext; text-decoration: none; text-underline: none;">Jayakarta</span><a href="http://./">.</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="mso-tab-count: 1;"> </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
Muhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5950209530200477819.post-16845054948667947462013-05-31T21:05:00.000-07:002013-05-31T21:07:10.113-07:00Gubernur Jendral Hindia Belanda<br />
<br />
<h2>
Joan Maetsuycker (1653 – 1678)</h2>
<br />
<br />
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
</div>
<div style="text-align: left;">
<a href="http://photos1.blogger.com/blogger/569/1981/320/maetsuijker.0.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img alt="" border="0" src="http://photos1.blogger.com/blogger/569/1981/320/maetsuijker.0.jpg" style="display: block; margin-top: 0px; text-align: center;" /></a> <a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=5950209530200477819" name="115977822430054506"></a>
</div>
<div style="text-align: left;">
Joan Maetsuycker (kadang ditulis Maetsuyker dan Maetsuijker) merupakan
orang yang paling lama menduduki posisi Gubernur Jenderal, kurang lebih
25 tahun dia menduduki posisi tersebut. Selama menjadi gubernur
jenderal, Indonesia mengalami dua pertempuran besar yang tercatat dalam
sejarah bangsa Indonesia. Pertempuran pertama terjadi di Makassar Gowa
yang dipimpin oleh Raja Gowa , Sultan Hasanoeddin dan pertempuran kedua
terjadi di Jawa Timur, yaitu munculnya pemberontakan Troenodjojo
(Trunojoyo) terhadap kekuasaan Mataram dan mengakibatkan campur tangan
VOC di dalamnya.<br />
Joan Maetsuyker lahir di Amsterdam pada tanggal 14
Oktober 1606, beliau lahir dan dibesarkan dalam lingkungan Katolik Roma,
dan juga nantinya merupakan gubernur jenderal pertama yang beragama
Katolik (sebelum-sebelumnya para gubernur jenderal beragama Kristen
Protestan). Maetsuyker lulus dari sekolah hukum di Leuven dan menjadi
pengacara di kota The Hague (Den Haag), kemudian meneruskan karirnya di
kota kelahirannya, Amsterdam.<br />
Pada tahun 1635, Maetsuyker bergabung
dengan VOC dan ditugaskan di Indonesia. Pada tanggal 2 Mei 1636 dengan
menumpang kapal Prins Willem beliau meninggalkan Amsterdam dan mendarat
pada tanggal 26 September 1636 di Batavia dan menjabat sebagai kepala
urusan rumah tangga di Dewan Keadilan (Raad van Justitie) di Batavia. Di
tahun yang sama juga Maetsuyker menjadi presiden komite yatim piatu,
kemudian pada tahun 1637 menjabat presiden dari akademi hukum kelautan.
Karir Maetsuyker terus menanjak, pada tahun 1640 dia menjadi ketua dewan
keadilan dan juga ketua dari urusan pengawasan dan kependudukan bangsa
Cina.<br />
Tanggal 13 Agustus 1641, beliau diangkat menjadi konsul
kehormatan untuk Hindia Belanda. Saat menjabat posisi ini, beliau diajak
oleh Gubernur Jenderal van Diemen untuk membuat suatu ketetapan hukum
dan peraturan untuk penduduk Batavia. Peraturan dan hukum yang
ditetapkan ini dikenal dengan istilah “Bataviasche Statuten”, dan mulai
berlaku pada tanggal 5 Juli 1642. Statuta ini sendiri berlaku hingga
pendudukan Inggris di Indonesia pada tahun 1811-1816, dan juga masih
dipakai setelah masa English Interregnum hingga tahun 1828.<br />
Tidak
lama kemudian tepatnya pada tanggal 10 Agustus 1642, beliau memimpin
ekspedisi ke Goa (Srilangka) yang saat itu merupakan pusat perdagangan
Portugis di Asia Selatan. Tujuan dari ekspedisi ini adalah membahas
mengenai perbatasan antara wilayah VOC di Ceylon dengan Portugis di Goa,
termasuk aset-aset di dalamnya. Tahun 1646 hingga tahun 1650,
Maetsuyker menjadi Gubernur di Ceylon. Tahun 1650, beliau kembali ke
Indonesia untuk menjabat sebagai Ketua Dewan Hindia dan juga sebagai
Direktur Jenderal VOC.<br />
Pada tahun 1653, Maetsuyker dianggap sebagai
orang yang cocok untuk menggantikan posisi Gubernur Jenderal Reyniersz.
Tahun 1654 Maetsuyker diangkat secara resmi oleh Heeren XVII sebagai
Gubernur Jenderal dan jabatan ini akan dipegang olehnya hingga 25 tahun
mendatang.<br />
<br />
<b>Ambisi Joan Maetsuyker</b><br />
Di masa
kepemimpinannya, Maetsuyker memiliki ambisi untuk memperluas wilayah VOC
di Indonesia, apalagi dia mempunyai dua orang bawahan yang sangat
setia, bisa dipercaya dan juga tangguh yaitu Rijckloff van Goens dan
Cornelis Speelman.<br />
Langkah pertama yang diambil oleh Maetsuyker
adalah mengincar Kerajaan Goa di Sulawesi yang selama ini selalu menolak
kerjasama dagang dengan VOC tetapi berhubungan dengan Portugis, yang
notabene juga merupakan pesaing berat VOC di Indonesia. Untuk
memantapkan langkah tersebut, mula-mula adalah mengkondisikan kepulauan
Maluku betul-betul 100% dikuasai oleh VOC. Karena itu VOC melakukan
pengusiran kepada penduduk di Ambon dan juga pemusnahan tanaman cengkeh
di Hoamoal, peristiwa ini dilakukan pada tahun 1656. Setahun kemudian
VOC melakukan hal yang sama di Pulau Buru, penduduk di pulau itu diusir.<br />
Setelah
posisi VOC di kepulauan Maluku dapat diperkuat, maka VOC memasang pos
di Menado untuk mengawasi lalulintas dagang antara Spanyol di kepulauan
Filipina dengan Tidore. Penyerangan ke Goa dimundurkan dari jadwal
semula yaitu dari yang direncanakan pada tahun 1658. Hal ini disebabkan
adanya pemberontakan di Palembang hingga menyebabkan pos VOC di sana
hancur. Akibatnya terjadi perang antara VOC dan Palembang pada tahun
1658 dan pada tahun 1659 dilakukan bumi hangus terhadap kota Palembang
oleh VOC. Sementara itu pada tahun yang sama VOC membuat perjanjian
damai dengan Kerajaan Banten.<br />
<b></b><br />
<b>Perang Gowa</b><br />
Setelah
berhasil menghancurkan Palembang, Maetsuyker kembali ke ambisinya
semula yaitu mengontrol Gowa, tindakan awal adalah menghancurkan
kekuatan pantai Gowa yang saat itu dilindungi oleh kapal-kapal Portugis.
Serangan dilakukan pada bulan Agustus 1660, dengan kekuatan sebanyak 30
kapal, VOC berhasil meluluhlantakan kapal-kapal Portugis di pelabuhan
Makassar. Akibat dari kekalahan ini, raja Gowa saat itu Sultan
Hasanuddin dipaksa menerima perjanjian damai dengan VOC.<br />
Melihat
bahwa Gowa sudah lemah karena angkatan perangnya dihajar oleh VOC,
pemimpin kerajaan Bone (yang saat itu merupakan jajahan dari kerajaan
Gowa) Arung Palakka memberontak kepada Hasanuddin dan memusatkan
kekuatannya di Butung. VOC melihat pemberontakan Bone kepada Gowa
merupakan celah yang bisa dimanfaatkan untuk menguasai Gowa secara
keseluruhan. Karena itu pada tahun 1663, VOC mengajak Arung Palakka dan
pengikutnya untuk pergi ke Batavia. Di Batavia, Arung Palakka dijanjikan
bahwa Bone akan berdaulat sepenuhnya jika mau membantu VOC
menghancurkan Makassar.<br />
Kesepakatan antara Arung Palakka dan Gubernur
Jenderal Maetsuyker akhirnya disetujui. Pada tahun 1666, dibawah
pimpinan Admiral Cornelis Speelman dibantu dengan tentara Bugis pimpinan
Arung Palaka dan juga tentara Ambon pimpinan dari “Kapten Jonker”,
menyerang Makassar. Tahun 1667, armada Speelman berhasil mendarat di
Butung dan menghancurkan tentara Gowa di sana. Dari Butung, Speelman
tidak mengarahkan armadanya ke Makassar tetapi langsung menuju Tidore
(yang saat itu sudah tidak dilindungi oleh Spanyol) untuk memaksa
perjanjian damai dengan VOC. Akibat tekanan yang diberikan oleh VOC
Tidore bersedia menerima perjanjian tersebut,dan akhirnya Ternate dan
Tidore sepenuhnya berada dalam kekuasaan VOC.<br />
Kondisi tersebut diatas
sangat menguntungkan VOC karena praktis Gowa tidak akan mendapat
bantuan dari manapun, apalagi setelah sebelumnya pos Portugis di
Larantuka – Flores dihancurkan oleh armada VOC dan akhirnya memaksa
Portugis hengkang ke Lifau (sekarang wilayah Oecussi atau Pantemakassar –
Timor Leste). Setelah mendarat di Butung, Arung Palakka kembali ke Bone
dan mengobarkan revolusi melawan Gowa kepada rakyatnya. Dan pada tahun
1668 Gowa berhasil dikalahkan oleh koalisi VOC dan Bone. Dan pada
tanggal 18 November 1668, dilakukan perjanjian antara Sultan Hasanuddin
dengan VOC yang dikenal dengan Perjanjian Bongaya. Isi dari perjanjian
tersebut adalah Kerajaan Gowa sepenuhnya berada di bawah kontrol VOC,
dan pengaruh Raja Gowa adalah hanya sekitar kota Makassar dan tidak
berhak mengontrol wilayah diluar kota.<br />
Perjanjian ini membuat
Hasanuddin berang, karena dianggap sangat merugikan kerajaannya.
Akhirnya pada awal tahun 1669, dengan kekuatan terakhirnya Gowa melawan
tentara VOC. Perlawanan hebat ini berakhir setelah Speelman mendapat
bantuan dari Batavia dan berhasil menerobos Benteng terkuat Gowa saat
itu, Somba Opu pada tanggal 22 Juni 1669. Akibat dari kekalahan ini,
Sultan Hasanuddin akhirnya mengundurkan diri dari tahta kerajaan dan
meninggal dunia pada tanggal 12 Juni 1670. Dengan meninggalnya Sultan
Hasanuddin, berakhirlah Perang Gowa, dan sejak saat itu Makassar
dikuasai oleh VOC.<br />
Kemudian sesuai dengan janjinya, VOC pada tahun
1672 mengangkat Arung Palakka sebagai Raja Bone. Setelah menjadi raja,
Arung Palakka kemudian menduduki berbagai daerah di Sulawesi Selatan,
seperti Toraja pada tahun 1674<br />
<b></b><br />
<b>Pemberontakan Trunojoyo</b><br />
Sebetulnya
VOC tidak ada ambisi untuk menguasai Pulau Jawa, karena ada perjanjian
damai antara Mataram di timur dan Banten di sebelah Barat. Tetapi
peristiwa tahun 1671-lah yang mengakibatkan sejarah berubah.<br />
Pada
tahun 1671, pemimpin pulau Madura yaitu Trunojoyo memberontak terhadap
kekuasaan Mataram di pulau itu. Pemberontakan dimenangkan oleh Trunojoyo
dan menguasai pulau ini dari pengaruh Mataram. Mataram sendiri tidak
begitu serius menanggapi, karena pada tahun-tahun tersebut Gunung Merapi
meletus dan dilanjutkan dengan wabah kelaparan pada tahun 1674.<br />
Mengetahui
bahwa Mataram terkena musibah dan tidak menganggap serius terhadap
kekuatan Trunojoyo. Maka pada tahun 1675 Trunojoyo dibantu dengan
tentara Makassar yang mengungsi dari Sulawesi mulai menyerang
pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Jawa. Trunojoyo dengan memanfaatkan
sentimen keagamaan berhasil mengambil simpati penduduk di pesisir utara
Jawa. Hingga akhir tahun Trunojoyo berhasil mengambil alih Surabaya,
Jepara hingga Cirebon dari tangan Mataram.<br />
Mengetahui situasi yang
tidak menguntungkan, Raja Mataram Amangkurat I mengutus anaknya Pangeran
Puger untuk bertemu dengan Gubernur Jenderal Maetsuyker dengan tujuan
meminta bantuan VOC menumpas Trunojoyo. Permintaan ini segera
dimanfaatkan oleh Maetsuyker untuk memperluas pengaruhnya di P. Jawa.
Maetsuyker segera memenuhi permintaan itu, kemudian dia mengirimkan
admiralnya yang tangguh yaitu Cornelis Speelman untuk menghajar tentara
Trunojoyo di Cirebon dan Jepara.<br />
Keberhasilan VOC memaksa pasukan
Trunojoyo meninggalkan Cirebon dan Jepara membuat Amangkurat harus
menandatangani perjanjian antara VOC dengan Mataram. Perjanjian dibuat
pada tanggal 25 Februari 1677 dengan isi VOC berhak mendirikan pelabuhan
dimana saja di wilayah Mataram, Mataram dilarang melakukan hubungan
dengan Aceh, Arab atau bangsa lain untuk mendarat di Mataram, seluruh
biaya yang timbul akibat peperangan dengan Trunojoyo ditanggung
sepenuhnya oleh Mataram.<br />
Setelah Mataram bersedia menandatangani
perjanjian tersebut, pada bulan Mei 1677, Speelman menyerang Surabaya
dan dapat memukul mundur Trunojoyo setelah memakai lebih dari 100
meriam. Trunojoyo sendiri langsung bergerak ke ibukota Mataram, Plered
untuk membunuh Amangkurat dan keluarganya, ternyata mereka sudah pada
mengungsi. Akhirnya Trunojoyo membawa seluruh harta peninggalan
Amangkurat I dan bergerak mundur hingga Kediri. Semetnara di pengasingan
pada bulan Juli Amangkurat I meninggal dunia dan digantikan Amangkurat
II (bukan Pangeran Puger tetapi anak dari selir sesuai permintaan VOC)
yang tetap meminta VOC membunuh Trunojoyo. Karena Mataram sudah tidak
memiliki harta lagi, akhirnya mereka menyerahkan Semarang kepada VOC dan
sebagian daerah dudukannya di Priangan dan keuntungan dari
perdagangannya hingga hutang terlunasi.<br />
VOC dan Arung Palakka
menyerang tentara Trunojoyo di Kediri pada tahun 1678 dan pada tahun
1679 Trunojoyo tertangkap dan dihukum mati.<br />
<b></b><br />
<b>Pencapaian Joan Maetsuyker</b>Dengan
berkuasa sedemikian lama VOC berhasil mengembangkan sayapnya hingga
hampir ke seluruh nusantara. Hingga tahun 1678, kekuasaan VOC mencakup
pantai barat Sumatera termasuk Padang, Palembang, Bengkalis, Lampung,
Pesisir Utara Jawa, Priangan, Madura, Banjarmasin, Makassar, Menado,
Minahasa, Sumbawa, Flores, P. Roti, Kep Aru dan Kepulauan Maluku. Dengan
semakin luasnya pengaruh VOC di Nusantara, menyebabkan nama VOC semakin
harum dan mandiri. Sebagai informasi pada tahun 1672, Perancis dibawah
pimpinan Louis XIV menginvasi Belanda dengan 100.000 tentara. Pendudukan
ini mengakibatkan perekonomian Belanda lumpuh, tapi hal itu tidak
berlaku untuk VOC, karena VOC dapat menghidupi dirinya sendiri.<br />
Selain
itu, keuntungan yang didapat dari pendudukan daerah-daerah ini, sangat
besar bahkan pada tahun 1670, keuntungan yang diterima VOC adalah
sebesar 15 juta guilden, dan para pemegang sahamnya menerima deviden
lebih tinggi 60% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.<br />
Joan Maetsuyker
tetap menjadi Gubernur Jenderal hingga akhir hayatnya, Heeren XVII
tidak ada niat untuk mengganti posisinya dengan orang lain, mengingat
prestasi yang diukir oleh Maetsuyker. Maetsuyker sendiri meninggal dunia
di Batavia pada tanggal 4 Januari 1678 dan dimakamkan di Netherlandsche
Kerk, penggantinya adalah teman setianya Rijckloff van Goens.<br />
Di
Batavia sendiri Maetsuyker mempelopori pendirian gereja Portugis di
dalam Benteng pada tahun 1670 (gereja ini habis terbakar pada tahun
1808). Selain itu, Maetsuyker juga membebaskan bangsa Arab untuk
mendirikan Masjid-masjid di lingkungan masing-masing. Karena itu bagi
bangsa Arab di Batavia, Maetsuyker termasuk dianggap orang yang toleran
terhadap Islam. </div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<h2>
Carel Reyniersz (1650 – 1653)</h2>
<div style="text-align: left;">
<a href="http://photos1.blogger.com/blogger/569/1981/320/Carel%20Reyniersz.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="" border="0" src="http://photos1.blogger.com/blogger/569/1981/320/Carel%20Reyniersz.jpg" style="display: block; margin-top: 0px; text-align: center;" /></a> Carel Reyniersz lahir pada tahun 1604 (ada sumber
yang bilang tahun 1602) di Amsterdam. Tanggal lahir Reyniersz tidak
diketahui, tetapi pembaptisannya adalah tanggal 26 Agustus. Reyniersz
berasal dari daerah Selatan Belanda dengan orang tua bernama Dirck
Reyniersz dan Suzanna de Beaulteu. Reyniersz bergabung dengan VOC saat
usianya yang masih muda, dan pada tahun 1627 dengan pangkat sebagai
opperkoopman, dia pergi ke Koromandel (suatu daerah yang terletak di
sebelah tenggara India, sekarang masuk ke dalam wilayah Tamil Nadu dan
Andra Pradesh. Belanda membangun pos di kota Pulicat dan Sadras) dan
pada tanggal 5 September 1635 diangkat menjadi Gubernur di tempat itu
tepatnya di provinsi Karnatika. Reyniersz menjabat gubernur hingga tahun
1636, karena dituduh melakukan penggelapan dan digantikan oleh Marten
Ijsbrants. Kemudian Reyniersz pergi ke Hindia (Indonesia) dan menjadi
anggota konsul kehormatan di Batavia, dan diangkat menjadi anggota
konsul tetap pada tahun 1638. Pada tanggal 4 Januari 1639, Reyniersz
menjadi admiral armada VOC ke Belanda, pemerintahan VOC di Batavia
memberinya penghargaan “om syne goede diensten” untuk pengabdiannya
selama menjadi konsul, dan diberi tunjangan sebesar f2400. Dengan
tunjangan sedemikian besar, Reyniersz menjadi pedagang di Amsterdam.
Tetapi karirnya sebagai pedagang tidak sukses, perusahaannya merugi dan
nyaris bangkrut. Akhirnya pada tanggal 24 April 1645, Reyniersz kembali
ke Hindia dengan menumpang kapal Salamander. Reyniersz tiba di Batavia
tanggal 3 Desember 1645 dan pada tahun 1646 kembali menjadi anggota
konsul Hinda.<br />
Selama menjadi konsul, Reyniersz mengusulkan beberapa
kebijakan baru, diantaranya adalah bagaimana menyingkirkan para
kompetitor-nya, melakukan pembasmian terhadap perdagangan diluar VOC
termasuk juga melakukan pengurangan kuota produksi cengkeh dengan cara
membakar dan menebang pohon-pohon cengkeh usia produktif. Reyniersz
meminta kebijakan ini dilakukan dengan tegas, termasuk dengan menumpas
pemberontakan di Seram Barat, dimana penduduk setempat menolak untuk
memusnahkan ladangnya. Pemberontakan ini berlangsung lama dan baru bisa
dipadamkan pada tahun 1658<br />
Empat tahun kemudian Gubernur Jenderal
Cornelis van der Lijn diberhentikan dengan hormat oleh Heeren XVII dan
pada tanggal 26 April 1650, Carel Reyniersz diangkat sebagai Gubernur
Jenderal. Selama pemerintahannya, Reyniersz berusaha memperluas pengaruh
VOC di Indonesia timur dan Jawa, seperti mengintervensi Kerajaan
Ternate dengan mengangkat Sultan Mandarsyah yang cenderung lebih
kooperatif dengan VOC, akibatnya terjadi perang saudara di Ternate.
Kemudian dengan persetujuan Amangkurat I dari Mataram, Reyniersz
mendirikan Pos perdagangan di Jepara pada tahun 1651. Pada tahun yang
sama juga, VOC berhasil mengusir Portugis dari Kupang, Timor Barat
sehingga Portugis memindahkan posnya di Lifau, Timor Timur.<br />
Peristiwa
lainnya adalah, pada tahun 1651 pos VOC tertua di Malaya dihancurkan
oleh penduduk setempat tanpa ada perlawanan berarti. Dan pada tahun 1652
Reyniersz memaksa Sultan Mandarsyah untuk menandatangani persetujuan
untuk tidak menanam cengkeh di Ternate, dan pelaksanaannya diawasi ketat
oleh tentara VOC, sementara itu sejumlah ladang cengkeh di pulau Buru
dihancurkan. Sementara untuk urusan kota Batavia, Reyniersz merupakan
salah satu pionir atau pencetus pendirian Gereja Portugis di luar
Benteng, walaupun Gereja ini baru didirikan setelah tahun 1693 tetapi
ide awalnya berasal dari Carel Reyniersz.<br />
Pada awal tahun 1653 Heeren
XVII mengeluarkan surat keputusan untuk memberhentikan Reyniersz, tidak
jelas latar belakang apa yang membuat Heeren tidak menyukai
kepemimpinan Reyniersz, yang jelas alasan resmi Heeren memberhentikan
beliau adalah karena kepemimpinannya tidak cakap. Dalam catatan sejarah,
surat tersebut tidak jadi dikirimkan, karena Reyniersz sendiri yang
meminta pengunduran diri, dan Heeren XVII menyetujui pengunduran diri
Reyniersz dengan alasan kesehatan. Dan keputusan ini yang akhirnya
dikeluarkan. Reyniersz sendiri tidak sempat menerima surat keputusan ini
karena keburu meninggal dunia pada tanggal malam tanggal 18 atau 19 Mei
1653. Reyniersz dimakamkan di Hollandsche Kerk dan penggantinya adalah
Direktur Jenderal Joan Maetsuycker. </div>
Muhammad Muflichunhttp://www.blogger.com/profile/13736785128625089180noreply@blogger.com0